expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

27/04/2020

FITNAH AHLAS, SARRA, DAN DUHAIMA


Kata fitnah berarti musibah, cobaan, dan ujian. Kata ini disebutkan secara berulang di dalam al-Qur’an pada hampir 70 ayat, dan seluruh maknanya berkisar pada ketiga makna di atas. Fitnah akhir zaman banyak macamnya. Di antaranya adalah fitnah dalam agama seperti pemurtadan, fitnah pembunuhan, kekacauan, peperangan, diangkatnya amanah dan ilmu agama, dan juga fitnah harta.

Di antara fitnah-fitnah tersebut, Nabi صلى الله عليه وسلم menjelaskan tiga fitnah besar.

عَنْ عُمَيْرِ بْنِ هَانِئٍ الْعَنْسِيِّ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ كُنَّا قُعُودًا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ فَذَكَرَ الْفِتَنَ فَأَكْثَرَ فِي ذِكْرِهَا حَتَّى ذَكَرَ فِتْنَةَ الْأَحْلَاسِ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا فِتْنَةُ الْأَحْلَاسِ قَالَ هِيَ هَرَبٌ وَحَرْبٌ ثُمَّ فِتْنَةُ السَّرَّاءِ دَخَنُهَا مِنْ تَحْتِ قَدَمَيْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يَزْعُمُ أَنَّهُ مِنِّي وَلَيْسَ مِنِّي وَإِنَّمَا أَوْلِيَائِي الْمُتَّقُونَ ثُمَّ يَصْطَلِحُ النَّاسُ عَلَى رَجُلٍ كَوَرِكٍ عَلَى ضِلَعٍ ثُمَّ فِتْنَةُ الدُّهَيْمَاءِ لَا تَدَعُ أَحَدًا مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ إِلَّا لَطَمَتْهُ لَطْمَةً فَإِذَا قِيلَ انْقَضَتْ تَمَادَتْ يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا حَتَّى يَصِيرَ النَّاسُ إِلَى فُسْطَاطَيْنِ فُسْطَاطِ إِيمَانٍ لَا نِفَاقَ فِيهِ وَفُسْطَاطِ نِفَاقٍ لَا إِيمَانَ فِيهِ فَإِذَا كَانَ ذَاكُمْ فَانْتَظِرُوا الدَّجَّالَ مِنْ يَوْمِهِ أَوْ مِنْ غَدِهِ

Dari ‘Umair bin Hani’ Al ‘Ansi, ia bertutur bahwa ia mendengar Abdullah bin ‘Umar berkata, “Suatu saat kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW. Beliau berbicara tentang fitnah-fitnah dan beliau juga memperbanyak ceritanya, sampai beliau berkisah tentang fitnah Al Ahlas. Maka seseorang bertanya, ‘Apakah itu fitnah Al Ahlas? Rasulullah menjawab, (Yaitu fitnah) ketika orang-orang saling bermusuhan dan terjadi pertempuran. Kemudian fitnah kesenangan yang asap fitnahnya akan disulut dari sela-sela kaki seseorang dari kalangan ahlul bait, ia mengaku keturunanku, padahal ia bukan dariku. Sesungguhnya para waliku adalah seseorang yang bertakwa. Lalu, orang-orang berdamai pada satu orang layaknya pangkal paha yang bertumpuk di tulang rusak (bersepakat dengan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan). Kemudian fitnah buruk orang buta (dengan kekuasaan) yang membuat semua orang tidak akan luput dari pukulannya di wajah (bencana yang disebabkannya). Dan ketika fitnah itu dianggap telah usai, ternyata fitnah itu justru kian berlanjut. Hingga seorang lelaki akan beriman dipagi hari, kemudian ia menjadi kafir di sore harinya. Lalu manusia akan terbagi menjadi dua kelompok, sekelompok orang yang benar-benar beriman tanpa kemunafikan dalam keimanan mereka, dan kelompok orang yang penuh dengan kemunafikan dalam imannya. Dan jika kalian mengalami kondisi itu, maka tunggulah kedatangan Dajjal di hari itu atau keesokan harinya.“ (HR. Abu Dawud, IV/4242)
Kata ahlas adalah plural dari kata halasun yang bermakna kain di bawah pelana kuda atau unta. Fitnah ini dikiaskan dengan alas pelana karena fitnah ini terus menempel pada kaum muslim dan berlangsung sangat lama. Imam Al-Khathabi mengatakan “Fitnah ini disambungkan dengan kata ahlas karena fitnah  ini terus-menerus terjadi dan berkepanjangan dalam waktu lama, atau karena warnanya hitam dan gelap.”
Lalu dalam hadits di atas Rasulullah صلى الله عليه وسلم menggambarkan fitnah tersebut dengan terjadinya هَرَبٌ وَحَرْبٌArti kata هَرَبٌ adalah lari, maksudnya sebagian manusia lari dari sebagian yang lain dikarenakan peperangan dan permusuhan. Dan kita lihat di akhir zaman ini rasa persaudaraan hampir memudar. Umat Islam berpecah belah, saling bermusuhan, bahkan saling berperang. Hal ini dikarenakan umat Islam mulai rendah kadar imannya, bisa jadi karena memperebutkan tahta, harta, dan hal duniawi lainnya. Sedangkan makna kata وَحَرْبٌ adalah merampas harta keluarga atau saudaranya dengan semena-mena. Rasulullah صلى الله عليه وسلم menggambarkan fitnah tersebut dengan sangat tepat sekali. Lihatlah, bagaimana saat ini kasih sayang di antara sesama muslim mulai luntur. Banyak perampokan, pencurian, bahkan tak jarang disertai dengan pembunuhan. Hal ini diakibatkan oleh semakin sulitnya hidup di akhir zaman yang tentunya sulit dilalui oleh seseorang yang lemah kadar imannya.
Ulama yang berpendapat bahwa fitnah ini berawal dari wafatnya Umar bin Khaththab. Beliau adalah dinding pembatas antara kaum muslim dengan fitnah ahlas sebagaimana dikabarkan dalam hadits Hudzaifah bin Yaman.

قال عمر رضي الله عنه : من يحفظ حديثا عن النبي صلى الله عليه وسلم في الفتنة ؟ قل حذيفة : أنا سمعته يقول فتنة الرجل في اهله وماله وجاره تكفرها الصلاة والصيام والصدقة. قال : ليس أسأل عن ذه إنما أسأل عن التي تموج كما يموج البحر. قال : وإن دون ذلك بابا مغلقا. قال : فيفتح أو يكسر؟ قال : يكسر. قال: ذلك أجدر أن لا يغلق إلى يوم القيامة.

Umar bertanya: Siapakah yang masih ingat hadits Nabi tentang fitnah? Hudzaifah menjawab: Saya. Saya mendengar Rasulullah bersabda, Fitnah (ujian) yang menimpa seseorang karena keluarga, harta, dan tetangganya bisa dihapuskan dosanya dengan shalat, shaum, dan sedekah. Umar berkata: Bukan fitnah itu yang aku maksudkan. Tetapi fitnah yang aku tanyakan adalah fitnah yang bergelombang seperti gelombang lautan. Hudzaifah menjawab: Antara kau dan fitnah ada sebuah pintu penghalang yang tertutup. Umar bertanya: Pintu itu dibuka atau didobrak? Hudzaifah berkata: Didobrak. Umar berkata: Jika demikian pintu tersebut tidak akan bisa ditutup lagi sampai hari kiamat.
[HR. Bukhari no. 494,1762 dan Muslim no. 5150. Disebutkan dalam kitab Ash-Shahihain, dari Hadits Al-A’masy dan Jami’ bin Rasyid, dari Syafiq bin Salamah, dari Hudzaifah]
Rasulullah  صلى الله عليه وسلمtidak pernah berdusta, dan apa yang dikatakannya adalah benar. Kata didobrak menggambarkan bahwa pintu tersebut dibuka secara paksa. Sebagaimana kita ketahui bahwa Umar bin Khaththab wafat dengan cara dibunuh. Maka hancurlah pintu itu dan fitnah ahlas kini melekat pada tubuh kaum muslim. Setelah itu terjadilah pembunuhan Utsman bin Affan, pembunuhan ‘Ali bin Abi Thalib, perang shiffin, perang jamal, pembunuhan Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib dan seterusnya hingga saat ini di mana peristiwa-peristiwa tersebut memakan korban yang banyak dan harta yang tidak sedikit.
Sedangkan yang dimaksud fitnah sarra’ adalah maksudnya adalah kesenangan, bisa berupa kekayaan, kesehatan, atau keselamatan dari musibah yang justru menjerumuskan kepada maksiat. Hal ini dapat kita lihat pada kondisi Jazirah Arab saat ini. Tanah Arab yang dahulunya tandus, rakyatnya miskin, kini telah menjadi kota metropolitan yang megah. Harga tanahnya sangat mahal. Banyak berdiri gedung-gedung pencakar langit. Sejak berdirinya dinasti Saudi, minyak bumi mulai ditemukan di tanah Arab. Terutama Arab Saudi. Minyak bumi tersebut menghasilkan milyaran dollar yang kemudian diperebutkan oleh barat. Mereka berlomba-lomba mengeksploitasi sumber daya alam tersebut.
Berikut ini tabel daftar cadangan minyak di beberapa negara Jazirah Arab.
NegaraCadangan Minyak (miliar barel)
Arab Saudi226,58
Qatar25,24
Uni Emirat Arab97,8
Kuwait101,5
Irak143,05

Data di atas adalah data tahun 2015. Data terbaru, produksi minyak bumi Arab Saudi perharinya adalah 9,9 juta barel per hari. Impor minyak Amerika dari Arab Saudi pada bulan Maret 2017 sebesar 880.000 barel per hari. Dengan harga minyak US$ 55,65 per barel, maka dari Amerika saja Arab Saudi meraup pendapatan sekitar US$ 48.972.000 per hari. Jika dikalikan ke dalam Rupiah yang saat ini (Rp. 13.573/US$), maka pendapatan Arab Saudi per harinya adalah kurang lebih Rp. 664,7 Miliar. Itu baru dari Amerika, belum dari negara lain yang mengimpor minyak dari sana. Tak heran jika Arab Saudi berubah drastis. Tanah yang tadinya tandus, menjadi subur, berdiri gedung-gedung megah tinggi menjulang, dan penduduknya kaya raya. Ini sesuai dengan apa yang dinubuatkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا.

“Tidak akan tiba hari Kiamat hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai.” (Shahiih Muslim, kitab az-Zakaah, bab Kullu Nau’in minal Ma’ruuf Shadaqah (VII/97, Syarh an-Nawawi)

وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ.

“Dan engkau menyaksikan orang yang tidak memakai sandal, telanjang lagi miskin yang mengembala domba, berlomba-lomba membuat bangunan yang tinggi.” (Shahiih Muslim, kitab al-Iimaan, bab Bayaanul Iimaan wal Islaam wal Ihsaan (I/158, Syarh an-Nawawi).
Sedangkan fitnah yang terakhir Nabi  صلى الله عليه وسلم sebutkan adalah fitnah duhaima. Fitnah inilah yang merupakan fitnah terberat yang akan dilalui semua umat Islam. Secara harfiah, makna kata duhaima adalah hitam atau kelam. Di masa fitnah duhaima, banyak sekali orang Islam yang murtad, entah itu dimurtadkan atau murtad dengan kemauan sendiri akibat dangkalnya iman, atau bahkan tanpa sadar menggadaikan akidah sehingga batal-lah keimanannya. Fitnah ini berlangsung lama dan tidak ada yang tahu kapan fitnah ini akan berakhir. Puncak dari fitnah ini adalah terbaginya manusia ke dalam dua kelompok yakni kelompok pertama yang beriman dan tidak ada kemunafikan di dalam hatinya, dan kelompok munafik yang tidak ada sama sekali iman di dalam hatinya. Kelompok beriman akan ada di jalan Allah, sementara kelompok munafik akan bersama Dajjal.
Sejak runtuhnya Khilafah Utsmani pada 3 Maret 1924, negeri-negeri kaum muslimin terpecah menjadi puluhan nation-state. Sebenarnya ini adalah salah satu strategi orang-orang kafir untuk mempermudah menjajah dan melemahkan kaum muslim. Dengan tidak adanya lagi khalifah yang ditaati, umat Islam seperti anak ayam kehilangan induknya. Tercerai berai, menjadi mangsa bagi orang-orang kafir. Lihatlah bagaimana orang Yahudi membantai umat Islam Palestina selama puluhan tahun. Begitu pula dengan orang Soviet yang menjajah Afghanistan, Amerika yang menjajah Iraq, Syiah Nushairy yang membunuhi umat Islam di Suriah, atau Mesir yang kini menjadi negara boneka. Semua ini tidak lepas dari campur tangan para elit global yang memusuhi Islam.
Kebanyakan Umat Islam sudah tidak lagi menerapkan hukum Allah. Mereka lebih memilih produk kufur bernama demokrasi lalu membuang Al-Qur’an dan Sunnah ke belakang punggung mereka. Semua ini karena dangkalnya akidah, hubud-dunya, serta banyaknya orang munafik di dalam tubuh umat Islam itu sendiri. Masing-masing umat Islam tersekat dalam dinding ash-shobiyah (kebangsaan, nasionalisme). Ingin mempertahankan negaranya masing-masing dan tidak mau bersatu dan berpegang pada tali agama Allah, sebagaimana Allah telah perintahkan:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali ‘Imran: 103)
Bentuk fitnah duhaima lainnya adalah fitnah terorisme. Di mana umat Islam selalu diidentikkan dengan kegiatan teror dan kekerasan. Padahal negara penjajah seperti Amerika, Inggris, Perancis, Belanda, Rusia, atau bahkan kumpulan binatang laknat bernama syi’ah itulah yang hobby membunuh manusia. Namun mereka lolos dari kata sematan ini.
Tidak hanya tuduhan teroris, umat Islam yang mendakwahkan syari’ah, menyerukan wajibnya berhukum pada hukum Allah, mendakwahkan tauhid dan sunnah kini dicap sebagai kelompok radikal, intoleran, perusak kerukunan dan lain-lain. Bahkan ada orang yang mengaku beriman, malah alergi dengan dakwah seperti ini. Allaahu musta’an.
Padahal Allah telah menyeru kepada hamba-Nya untuk memeluk Islam secara kaffah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208)
Dan Allah juga mengatakan bahwa agama, ideologi, ajaran yang diridhoi hanyalah Islam. Tidak akan diterima dari padanya selain dari itu. Seperti sekuler, pluralisme, liberalisme, komunisme dan sejenisnya.

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS. Ali ‘Imran: 19)

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali ‘Imran: 85)
Dan juga wajib berhukum hanya kepada hukum syari’ah yang telah ditentukan Allah di dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Bukan berdasarkan pada demokrasi dan undang-undang buatan manusia.

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ …

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (QS. Al-Ma’idah: 48)
Puncak dari Fitnah Duhaima adalah kemunculan Dajjal, dan tanda-tanda kemunculan Dajjal sudah mulai bermunculan saat ini. In syaa Allah akan dibahas nanti.