expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>
Showing posts with label umat Islam. Show all posts
Showing posts with label umat Islam. Show all posts

30/12/2020

SEBAB-SEBAB UMAT ISLAM MENGALAMI KEMUNDURAN



"Seorang dokter yang salah diagnosa, akan salah pula memberi therapi.
Bila ummat Islam salah memahami proses kemundurannya, maka mereka
akan salah pula dalam mencari cara-cara menuju kebangkitannya"

28/12/2020

BAITUL MAQDIS DAN SIKAP UMAT ISLAM



BAITUL MAQDIS  (Yerusalem) bagi umat Islam, di samping memiliki nilai historis tinggi, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aspek keagamaan (Dr. Imarah, 1998: 20-21).

Dalam sejarahnya, nabi sangat perhatian terhadap Baitul Maqdis . Semasa beliau hidup, ada beberapa upaya yang dilakukan untuk membebaskannya. 

21/11/2020

RASULULLAH SAW SEBUT UMAT ISLAM SEKARANG BERUNTUNG, MENGAPA?

Ilustrasi umat Islam.

Allah SWT menakdirkan kita menjadi umat akhir zaman. Kita lahir, dibesarkan, dan insya Allah akan meninggal setelah Rasulullah SAW dan para sahabat. Sebenarnya ada "kerugian" dan juga "keuntungan" menjadi umat akhir zaman ini. Ruginya, kita tidak termasuk orang yang bertemu langsung dengan Rasul dan para sahabat, tidak bisa berjuang bersama mereka, dan juga tidak dapat merasakan lezatnya zaman keemasan yang dahulu pernah mereka bangun. Namun, di balik "kerugian" tersebut ada banyak keuntungan yang dapat kita peroleh. 

30/08/2020

KUASA MEDIA SEKULER DALAM MEMFRAMING PEMBERITAAN UMAT MUSLIM


Oleh : Sani Fitriyani

Indonesia adalah negara umat muslim terbesar di dunia. Namun banyaknya umat islam di negara ini kurang mendomisili kekuatan muslim. Sebaliknya banyak konten media yang memframing islam itu lemah, suka ditindas, bodoh dan radikal. 

03/01/2020

ISLAM ADALAH SATU-SATUNYA AGAMA YANG BENAR



Satu-satunya agama yang benar, diridhai dan diterima oleh Allah Azza wa Jalla adalah Islam. Adapun agama-agama lain, selain Islam, tidak akan diterima oleh Allah Azza wa Jalla.

25/11/2019

REUNI YANG BIKIN MERIANG



“Pohon mahoni buahnya jarang, kita reuni sana meriang”
 PANTUN itu diucapkan Ustad Haikal Hasan yang Ahad pagi (02/12/2018) menjadi pemandu acara Reuni 212 di Lapangan Monas bersama komedian senior Deddy “Mi’ing” Gumelar.
Audiens pun tertawa bergemuruh dan bertepuk tangan riuh. Suasana reuni yang semula banyak disebutkan akan penuh ketegangan dan bahkan bisa jadi ada kekerasan, ternyata malah penuh kegembiraan dan gelak tawa. Tentu saja ada tangis dan derai air mata ketika doa-doa tahajud di sepertiga malam dilantunkan dan doa qunut nazilah subuh dikumandangkan.

15/10/2019

MALU MENGENAKAN BUSANA MUSLIM DI NEGARA KAFIR


Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminPertanyaan.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Ada sebagian orang yang ketika bertandang ke luar negeri merasa tertekan dan malu bila mengenakan busana yang menunjukkan keislamannya. Apa saran Syaikh?
Jawaban.
Memang benar apa yang dikatakan oleh penanya, dan ini sungguh ironis. Kendati kita memang orang-orang yang tinggi derajatnya, namun kita dapati adanya kelemahan kepribadian, dan realitanya kita merasakan bahwa kita hanyalah pengekor dan pengikut mereka. Ada sebagian orang di antara kita, ketika melihat sesuatu yang bermanfaat tidak mengaitkannya kepada dirinya dan tidak pula kepada kaum muslimin lainnya, akan tetapi mengatakan, ‘ini merupakan peradaban barat atau timur, dan ia tidak merasa bangga dengan kepribadiannya di hadapan arus kerusakan mereka, padahal ketika mereka datang ke negera kita dengan pakaian mereka yang memalukan, terbuka dan vulgar, bahkan para wanita mereka ketika berada di negara-negara kaum muslimin berpakaian dengan setengah pahanya terbuka, lehernya terbuka, betisnya terbuka dan berjalan berlenggak-lenggok dengan kedua kakinya, seolah-olah menghentakkan bumi dari bawah dan tidak peduli bahwa dirinya adalah seorang wanita. Lalu, bagaimana dengan kaum laki-laki muslim? Kenapa mesti malu berjalan dengan mengenakan busana muslim yang tertutup di negara mereka? Bukankah ini bukti nyata yang menunjukkan lemahnya kepribadian?

Jawabnya, tentu saja. Jika kita memperlakukan mereka dengan cara serupa berarti kita telah memperlakukan mereka dengan adil. Saat mereka datang ke negara kita dengan pakaian mereka tanpa mempedulikan perasaan kita, kenapa kita tidak bisa datang bertandang ke negara mereka dengan mengenakan busana khas kita dan tidak mempedulikan perasaan mereka.
Ada seseorang yang saya percaya bercerita kepada saya, kini ia telah menghuni kuburan, ia mengatakan, bahwa ketika ia berkunjung ke suatu ibu kota negara barat dengan mengenakan busana Islami khas negaranya, ia mengatakan, ‘saya dapati mereka lebih banyak menghormati, bahkan mereka bersegera membukakan pintu mobil saat aku hendak naik.’
Lihat, bagaimana seseorang merasa bangga karena telah dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi jika kita merendahkan diri di hadapan mereka, tentunya ini bukan sikap seorang muslim. Jika anda melihat ulang sejarah dan perilaku para mujahidin muslimin terhadap musuh-musuh mereka dalam peperangan, tentu akan anda dapatkan, betapa bangganya mereka, kaum muslimin, terhadap para musuhnya. Kemudian, seharusnya seorang muslim memelihara kehormatannya, yaitu dengan tidak menganggap cara hidup mereka yang memalukan itu sebagai peradaban, tapi yang benar adalah kehinaan, bukannya peradaban karena yang demikian itu mengarah kepada kerusakan moral dan kekejian bahkan kekufuran kepada Allah Subhnahu wa Ta’ala. Demi Allah, tidak benar kita menyebutnya sebagai peradaban, bagaimana jadinya. Peradaban yang sesungguhnya adalah kemajuan yang bermanfaat, yaitu dengan berpegang teguh dengan agama Islam dan moralnya. Kenapa kita memberi mereka harga yang murah? Agar kita katakan bahwa kalian adalah penyandang peradaban dan kita adalah penyandang keterbelakangan, padahal seharusnya kita maju dengan keislaman kita, baik secara aqidah, perbuatan, maupun manhaj, agar peradaban kita masuk kepada mereka.
Bukankah “kejujuran” termasuk peradaban? Jawabannya, benar. Itu terdapat dalam Islam, dan Islam telah menganjurkannya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. ” [At-Taubah/9: 119].
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا
“Sesungguhnya kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan ke surga, dan sungguh seseorang se-nantiasa berlaku jujur hingga dicatat sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menjukkan kepada kejahatan dan kejahatan itu menunjukkan ke neraka, dan sungguh seseorang senantiasa berdusta sehingga dicatat sebagai pendusta.”[1]
Namun sayangnya, banyak kaum muslimin yang telah kehilangan kejujuran, sehingga kita belum mencerminkan Islam dengan porsi yang besar dalam segi ini.
Jujur dan terus terang dalam pergaulan telah diajarkan oleh Islam, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا أَوْ حَتَّى يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“Dua orang yang saling berjual beli tetap memiliki hak pilih selama mereka belum berpisah, jika keduanya jujur dan saling berterus terang, maka akan diberkahi bagi mereka pada jual beli mereka, namun jika kedua saling berdusta dan saling menutupi, maka akan dicabut keberhakan dari jual beli mereka.”[2]
Apakah kejujuran dan keterusterangan ini telah terealisasi pada setiap muslim? Jawabnya, tidak, bahkan itu telah sirna dari sebagian kaum muslimin, karena ada sebagian kaum muslimin yang tidak jujur dan enggan berterus terang, bahkan ada yang mengatakan, ‘barang ini harganya seratus real’, padahal sebenarnya hanya lima puluh real. Bukankah ini merupakan kedustaan dan penipuan?! Padahal Islam telah melarang ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda.
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
“Barangsiapa yang menipu kami, ia bukan dari golongan kami. “[3]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berlepas diri dari yang demikian, namun demikian, sebagian kaum muslimin melakukan penipuan -na’udzu billah-. Dan bila kita amati sekitar kita-kaum muslimin-, akan kita dapati kondisi yang memalukan, anda akan dapati bahwa ajaran-ajaran Islam yang telah memerintahkan untuk berlaku jujur, terus terang, lembut dan halus, telah sirna dari sebagian kita, bahkan kondisi yang kebalikannya yang banyak terdapat pada sebagian kita. Karena itu bisa kita katakan, bahwa sebagian kaum muslimin telah lari dari Islam dengan perilaku yang bertolak belakang dengan Islam.

24/09/2019

KALENDER HIJRIYAH ADALAH IDENTITAS KAUM MUSLIMIN

KisahMuslim.com - Menggunakan kalender hijriyah berarti menghidupkan syiar umat Islam. Dan melestarikan nilai-nilai luhur agama yang hanif ini. Tidak mungkin umat Islam mampu menjalani kehidupan mereka sebagai kaum muslimin tanpa menggunakan kalender ini. Apalagi sampai tidak bersandar pada penanggalannya. Tidak mungkin bisa. Mengapa? Karena terlalu banyak aktivitas ibadah kaum muslimin yang terikat dengan penanggalan ini. Sampai-sampai menilai umur hewan untuk kurban dan perhitungan harta zakat.

18/09/2019

PERANG MUSLIMIN VERSUS YAHUDI


Pimpinan pergerakan Islam dunia sering menyebut gejolak yang berlangsung di Palestina dengan ungkapan:
قَضِيَة فِلِسْطِينِيَة قَضِيَةُ مَرْكَزِيَة
“Problema Palestina adalah Problema Utama”.
Ungkapan ini bukan baru muncul sekarang ketika terjadi pembantaian Israel atas kaum Muslimin Palestina di Gaza. Ungkapan ini sudah dikenal dari dulu. Ungkapan ini menunjukkan betapa permasalahan Palestina bukan merupakan permasalahan sesaat dan tidak penting. Permasalahan Palestina atau tanah suci (baca: The Holy Land) merupakan permasalahan yang merepresentasikan:

17/09/2019

TIGA GENERASI TERBAIK UMAT MANUSIA


Generasi terbaik umat ini adalah para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah sebaik-baik manusia. Lantas disusul generasi berikutnya, lalu generasi berikutnyaTiga kurun ini merupakan kurun terbaik dari umat ini. Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhuma, bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
Mereka adalah orang-orang yang paling baik, paling selamat dan paling mengetahui dalam memahami Islam. Mereka adalah para pendahulu yang memiliki keshalihan yang tertinggi (as-salafu ash-shalih).
Karenanya, sudah merupakan kemestian bila menghendaki pemahaman dan pengamalan Islam yang benar merujuk kepada mereka (as-salafu ash-shalih). Mereka adalah orang-orang yang telah mendapat keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mereka pun ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

16/09/2019

SAATNYA KITA "KEMBALI" MENJADI UMAT TERBAIK


Sebelum terjadi kesalahpahaman, sebelumnya perlu dicatat bahwa tulisan ini bukan untuk menyatakan kebencian pada guru-guru atau para penyusun kurikulum negeri ini. Sebab mungikin kita semua hanyalah korban perang pemikiran. Bentuk penjajahan era modern. Tak dapat disangkal bahwa untuk sampai pada pemahaman ini, guru-guru dari TK sampai kuliah memegang andil besar dalam hidupku. Oleh sebab itu, terima kasih tak terhingga saya haturkan pada segenap pendidik yang telah mengorbankan tenaga dan pemikiran untuk anak didiknya. Hanya saja, sangat disayangkan jika di negeri dengan umat muslim terbanyak pengetahuan tentang Islam menjadi hal yang terpinggirkan dalam kurikulum. Pendidikan agama ditempatkan jauh dibawah ilmu-ilmu sains dan sedikit mendapatkan perhatian.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (TQS Âli ‘Imrân, 3: 110)

29/08/2019

SAATNYA UMAT ISLAM MOVE ON


Jakarta(SI-online)-Upaya rekonsiliasi dua kubu yang sempat diwacanakan beberapa hari yang lalu benar-benar terjadi. Ini ditandai dengan bertemunya presiden Indonesia, Jokowi dan Prabowo di MRT Lebak Bulus Jakarta. Kemudian diikuti dengan bertemunya pemimpin Gerindra itu dengan Megawati di kediamannya pada hari Selasa, 23 Juli kemarin, berlanjut dengan santap siang bersama.


Dalam pertemuan Prabowo dan Jokowi, Prabowo memberikan keterangan bahwa aksi persaingan dan saling kritik yang dilakukan selama ini adalah tuntutan politik dan demokrasi (https://nasional.kompas.com, 13 Juli 2019). Publik pun cukup dibuat terkejut, pasalnya pertemuan ini adalah pertemuan perdana setelah sebelumnya kedua kubu tersebut bersitegang selama pilpres 2019.

02/08/2019

MENGATASI KONDISI PERPECAHAN UMAT ISLAM



Kondisi umat Islam yang berpecah sering memunculkan keprihatinan. Dari beberapa tokoh Islam sering muncul ajakan agar semua kelompok bersatu dalam satu wadah, tidak perlu mempermasalahkan perbedaan yang ada karena yang penting tujuannya sama yaitu memajukan Islam. Mungkinkah umat Islam bersatu dan bagaimana caranya?
Persatuan dan perpecahan merupakan dua kata yang saling berlawanan. Persatuan identik dengan keutuhan, persaudaraan, kesepakatan, dan perkumpulan. Sedangkan perpecahan identik dengan perselisihan, permusuhan, pertentangan dan perceraian.
Persatuan merupakan perkara yang diridhai dan diperintahkan oleh Allah, sedangkan perpecahan merupakan perkara yang dibenci dan dilarang oleh-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai.” (Ali Imran: 103)
Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah telah memerintahkan kepada mereka (umat Islam, red) untuk bersatu dan melarang mereka dari perpecahan. Dalam banyak hadits juga terdapat larangan dari perpecahan dan perintah untuk bersatu dan berkumpul.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/367)