expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

24/02/2021

SUNGAI-SUNGAI DI SURGA


Rasanya tak mungkin melukiskan kenikmatan yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta’ala kepada seluruh makhluk ketika berada di surga-Nya yang sarat dengan kenikmatan. Berulang kali Allah mengingatkan agar manusia senantiasa merenungkan kenikmatan duniawi yang hanya sesaat berbanding dengan kenikmatan yang berlangsung selamanya di akhirat kelak. Gambaran lebih rinci dari nikmat-nikmat tersebut di antaranya adalah keterangan tentang sungai-sungai yang ada di surga. Mengenai nama dan keistimewaan dari sekian banyak sungai tersebut ada dalam berbagai ayat yang menjelaskannya, antara lain:

Adapun perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa ialah di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak pernah basi, ada sungai-sungai dari susu yang rasanya tidak berubah. Ada sungai-sungai dari arak yang rasanya enak bagi yang meminumnya, dan ada sungai-sungai dari madu murni yang disaring.” (Qs. Muhammad: 15)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Bahwasanya di dalam surga terdapat suatu sungai yang disebut sungai Rajab. Airnya lebih putih daripada air susu, sedangkan rasanya lebih manis daripada madu. Siapa yang berpuasa satu hari saja di bulan Rajab, maka Allah berkenan memberikan minuman (baginya) dari sungai itu.”

Di hadits yang lain juga diterangkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alihi wassalam pernah bersabda, “Aku lihat di malam Mi’raj, ada suatu sungai, dimana airnya lebih manis daripada madu, lebih dingin dari es, baunya lebih harum daripada misik. Lalu aku bertanya kepada Jibril, 'untuk siapakah sungai ini?' Jibril pun menjawab, ‘Untuk siapa saja yang senantiasa membaca shalawat kepada engkau di bulan Rajab.’ (Dalam kitab Durratun Nasihin)


Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam juga pernah bersabda, “Pada malam perjalananku ke langit, diperlihatkan kepadaku semua surga. Maka aku melihat empat macam sungai: sungai air, sungai susu, sungai khamar, dan sungai madu jernih. Hal itu sebagimana disebutkan di dalam Al-Qur’an pada surat Muhammad ayat 15. Lalu aku bertanya kepada Jibril, ‘Darimana air itu bersumber dan kemana mengalirnya?’ Jibril menjawab, ‘Mengalir dari telaga al-Kautsar, tetapi aku belum mengetahui dari mana sumber dari air ini. Coba kutanyakan terlebih dahulu kepada Tuhanmu.’

Kemudian datanglah malaikat dan berkata kepadaku, ‘Hai Rasulullah, pejamkanlah matamu.’ Tiba-tiba aku berada di dekat sebuah pohon, sedang di sisinya terdapat sebuah kubah yang terdiri dari mutiara putih, sedangkan pintunya terdiri dari yaqut hijau dan kuncinya dari emas merah. Jika dunia beserta seluruh isinya diletakkan di atas kubah itu, maka dunia beserta isinya ini bagaikan burung yang hinggap di atas gunung, atau seperti telur yang diletakkan di atas gunung. Aku melihat sungai-sungai itu mengalir dari bawah kubah itu. Ketika aku hendak kembali, malaikat itu berkata sekaligus mempersilahkan aku untuk memasukinya. Lalu aku bertanya, ‘Bagaimana aku bisa masuk sedangkan pintunya terkunci?’ Malaikat tadi kemudian mengatakan: ‘Kuncinya berada di tanganmu. Yaitu lafal bismillaahir rahmaanir rahiim. Tiba-tiba pintu kubah yang tadinya tertutup kemudian terbuka lebar. Dan aku pun masuk ke dalamnya. Aku menyaksikan dari keempat sudut kubah tersebut mengalir keempat sungai yang tadi aku lihat dari luar. Ketika aku hendak pulang, malaikat tadi menunjukkan adanya tulisan bismillaahir rahmaanir rahiim tertulis di sudut atas masing-masing kubah itu. Aku menyaksikan bahwa sungai-sungai itu airnya bersumber dari lafal bismillaahir rahmaanir rahiim. Sungai air bersumber dari miim dari lafal bismillah. Sungai susu bersumber dari ha dari lafal Allah. Sungai khamar bersumber dari mim dari lafal ar-Rahman. Sedangkan sungai madu bersumber dari mim dari lafal ar-Rahim.

Dengan menyaksikan secara langsung sumber sungai itu maka aku dapat mengetahui bahwa sumber-sumber sungai itu berasal dari lafal bismillaahir rahmaanir rahiim. Kemudian Allah berfirman: “Hai Muhammad, barangsiapa dari umatmu yang menyebut-Ku dengan nama-nama ini, akan Aku beri minum dari sungai-sungai ini.” (Dalam kitab Misykatul Anwar)

Referensi: Saifulloh dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya: Karya Agung