expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

25/04/2020

METEOR, DUKHAN, DAN RUNTUHNYA SISTEM KAPITALIS DUNIA


فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ. يَغْشَى النَّاسَ ۖ هَٰذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata. Yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih.” (QS. Ad-Dukhan: 10-11)
Dukhan (asap) adalah salah satu dari sepuluh tanda besar kiamat yang akan terjadi. Jumhur ulama mengatakan bahwa tanda besar inilah yang pertama kali muncul, sebelum kemunculan Dajjal. Kesimpulan ini diambil dari atsar Ibnu ‘Abbas رضي الله عنه yang diriwayatkan oleh Al Hakim dalam kitab Al-Fitan. Dari sini pulalah peristiwa kemunculan asap diperkirakan disebabkan oleh jatuhnya meteor atau bebatuan dari langit.

Dari Abdullah bin Mulaikah, dia berkata:

غَدَوْتُ عَلَى ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ذَاتَ يَوْمٍ, فَقَالَ: مَا نِمْتُ الْبَارِحَةَ حَتَّى أَصْبَحْتُ, قُلْتُ: لِمَ؟ قَالُوا طَلَعَ الْكَوْكَبُ ذُوْ الذَّنَبِ, فَخَشِيْتُ أَنْ يَّكُوْنَ الدَّجَّالُ قَدْطَرَقَ, مَا نِمْتُ حَتَّى أَصْبَحْتُ

“Aku berangkat pagi-pagi untuk menemui Ibnu ‘Abbas رضي الله عنه pada suatu hari, lantas ia berkata, “Aku tidak tidur malam ini sampai pagi.” Aku bertanya, “Mengapa?” Dia menjawab, “Orang-orang berkata, “Bintang yang berekor muncul malam ini. Aku khawatir bahwa asap itu sudah muncul, maka aku tidak tidur sampai aku memasuki waktu pagi.” (Diriwayatkan oleh al Hakim dalam Kitab Al-Fitan, dia berkata, “Atsar ini shahi berdasarkan dua syaikh –Bukhari dan Muslim. Adz-Dzahabi mengukuhkannya.” [Mustadrak (4/506)]; Ibnu Katsir mengatakan, “Sanadnya shahih sampai kepada Ibnu ‘Abbas sang pria shalih umat ini dan penerjemah Al-Qur’an [At-Tafsir (4/142)])
Pada atsar ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa tanda asap terjadi sebelum munculnya Dajjal. Karena jika seandainya asap itu terjadi setelah munculnya Dajjal, maka Ibnu ‘Abbas رضي الله عنه tidak akan ketakutan terhadap peristiwa munculnya bintang berekor tersebut. Peristiwa jatuhnya meteor dan asap ini juga dihubungkan dengan kemunculan Imam Mahdi, sebagaimana disebutkan dalam atsar berikut:
Dari Ka’ab رضي الله عنه dia berkata:

 إِنَّهُ يَطْلُعُ نَجْمٌ مِنَ الْمَشْرِقِ, قَبْلَ خُرُوجِ الْمَهْدِيْ, لَهُ ذَنْبٌ يُضِيْءُ

“Akan muncul bintang dari arah timur, sebelum keluarnya al-mahdi, bintang itu memiliki ekor yang bersinar terang.” (‘Uqad Ad-Durar, 106)
Dari Katsir bin Murrah al-Hadhrami رضي الله عنه dia berkata:

آيَةُ الْحِدْثَانِ فِيْ رَمَضَانَ عَلَامَةُ فِيْ الْسَّمَاءِ, بَعْدَهَا اخْتِلَافُ فِيْ النَّاسِ, فَإِنْ أَدْرَكْتَهَا فَأَكْثِرْ مِنَ الطَّعَامِ مَا اسْتَطَعْتَ

Tanda bencana pada bulan Ramadhan adalah sebuah tanda di langit, sesudahnya adalah perselisihan di kalangan manusia. Jika kamu mendapatinya maka perbanyaklah persediaan makanan sekuat kemampuanmu.” (Nu’aim: Al-Fitan [150], pada isnadnya ada Walid bin Muslim, seorang rawi mudallis, akan tetapi dia meriwayatkan atsar ini dengan ‘an-‘anah di sini)
Ka’ab رضي الله عنه berkata tentang tanda yang akan nampak di langit:

هُوَ نَجْمٌ يَطْلُعُ مِنَ الْمَشْرِقِ, وَ يُضِيْءُ لِأَهْلِ الْأَرْضِ كَإِضَاءَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ

“Itu adalah bintang yang terbit dari timur, menerangi penduduk bumi sebagaimana terangnya bulan pada malam purnama.” (Nu’aim: Al-Fitan [152], pada atsar ini ada keterputusan)
Dari Ka’ab رضي الله عنه  juga, dia berkata:

وَ نَجْمٌ يُرْمَى بِهِ يُضِيْءُ, كَمَا يُضِيْءُ الْقَمَرِ, ثُمَّ يَلْتَوِيْ كَمَا تَلْتَوِي الْحَيَّةُ, حَتَّى يَكَادَ رَأْسَاهَا يَلْتَقِيَانِ,…, وَ النَّجْمُ الَّذِيْ يُرْمَى بِهِ شِهَابٌ يَنْقَضُّ مِنَ السَّمَاءِ, مَعَهَا صَوْتٌ شَدِيْدٌ حَتَّى يَقَعَ فِيْ الْمَشْرِقِ, وَيُصِيْبُ النَّاسَ مِنْهُ بَلَاءٌ شَدِيْدٌ

“Dan sebuah bintang yang dilemparkan menerangi sebagaimana meneranginya bulan, kemudian bintang itu menggulung dirinya sebagaimana menggulungnya ular, sehingga kedua ujungnya hampir bertemu, …., dan bintang yang dilemparkan dengannya menjadi panah yang menukik dari langit, diiringi dengan suara yang keras hingga jatuh di wilayah timur, malapetaka besar menimpa manusia karenanya.” (Nu’aim: Al-Fitan [160], muhaqiq ini menyatakan bahwa sanadnya hasan).
Beberapa perkataan di atas walaupun mauquf (sanadnya berhenti di sahabat), tetapi dihukumi marfu’ (sampai kepada Nabi صلى الله عليه وسلم), karena perkataan di atas mengandung hal ghaib yang tidak mungkin berasal dari manusia. Dengan demikian, jika sanad beberapa hadits tersebut baik dan mutawatir, dapat dipastikan bahwa perkataan tersebut adalah wahyu yang datang melalui Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Menurut para ilmuwan, beberapa dampak yang timbul akibat jatuhnya meteor di antaranya adalah peningkatan suhu dan perubahan iklim. Untuk meteor berukuran satu mil (1,6 km) yang menabrak daratan, akan menimbulkan energi tumbukan sebesar 3,6×10megaton dan menghasilkan kawah seluas lebih dari 20 km2. Gempa yang dihasilkan di atas 8 skala richter. Asap yang dihasilkan sangat tebal sehingga menutup atmosfir dan menghalangi pancaran sinar matahari ke bumi dalam waktu satu tahun. Akibatnya adalah kegersangan dan matinya tumbuh-tumbuhan. Manusia tidak akan mati karena dampak ledakan dan radiasi meteor itu sendiri, akan tetapi dalam jangka waktu beberapa bulan atau tahun, akan timbul bencana kelaparan, wabah penyakit, dan mutasi genetik yang menyebabkan lebih banyak lagi korban meninggal.
Jatuhnya bebatuan (meteor) dari langit adalah hukuman dari Allah bagi manusia sebagaimana dalam firman-Nya:

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ankabut: 40)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

يَكُوْنُ فِيْ آخِرِ أُمَّتِيْ خَسْفٌ, وَمَسْخٌ, وَقَذْفٌ

“Akan terjadi pada akhir umatku pembenaman (ke dalam tanah), pengubahan bentuk (manusia), dan hujan batu.” (HR. Ibnu Majah no. 4062)
Akan timbul kekacauan di mana-mana. Terlebih menjelang keluarnya Dajjal, Allah sedang menahan sebagian air hujan. Ini makin memperparah keadaan. Betapa beratnya ujian bagi orang-orang beriman saat itu dan hebatnya adzab bagi orang-orang kafir. Dalam kondisi seperti ini, roda perekonomian di seluruh dunia akan lumpuh. Belum lagi radiasi meteor yang akan menyebabkan sinyal radio terganggu. Sarana Informasi dan Komunikasi tidak berfungsi.
Dalam kondisi yang bersamaan, ekonomi dunia bergejolak dan menurun. Amerika yang merupakan negara yang tegak di atas pinjaman modal negara-negara dunia akan diterpa krisis. Hal ini otomatis akan mempengaruhi stabilitas ekonomi negara lainnya. Amerika lambat laun akan bangkrut, diikuti negara-negara lainnya. Bank dunia dengan sistem ribawinya akan runtuh. Hutang negara lebih besar dari jumlah uang yang beredar karena praktek riba tersebut.
Di tengah kondisi iklim dunia yang terus menurun paska hantaman meteor, permintaan gas dan minyak bumi meningkat. Menimbulkan kelangkaan sehingga harga melambung tinggi. Kondisi ini terus berlangsung hingga seluruh sektor industri, transportasi, teknologi informasi dan komunikasi tidak lagi beroperasi dan berproduksi. Diikuti matinya hilangnya energi listrik yang membuat kelumpuhan total di segala bidang.
Dengan kondisi yang seperti ini, maka jelaslah mengapa banyak yang memprediksi bahwa perang dunia ketiga adalah perang senjata tradisional. Manusia kembali ke zaman unta. Berperang dengan kuda. Teknologi modern yang dibanggakan manusia tinggal kenangan, dan terpaksa mengandalkan teknologi manual untuk melangsungkan kehidupan.
Keadaan ini diperkuat oleh beberapa hadits Nabi yang menggambarkan cara berperang yang tidak lazim dilakukan jika menggunakan senjata teknologi modern.

…فَإِذَا تَصَافُّوْا قَالَتِ الرُّوْمُ خَلُّوْا بَيْنَنَا وَبَيْنَ الَّذِيْنَ سَبَوْا مِنَّا نُقَاتِلْهُمْ…

“…Apabila mereka telah berbaris (dan berhadap-hadapan untuk berperang), bangsa Romawi akan menggertak, ‘Biarkan kami membuat perhitungan dengan orang-orang kami yang kalian tawan…” (HR. Muslim: Kitab Al-Fitan wa Asyratus-Saa’ah no. 2897)
Juga masih di hadits yang sama,

…فَيَفَتَتِحُوْنَ قُصْطَنْطِيْنِيَّةِ فَبَيْنَمَاهُم يَقْتَسِمُوْنَ الْغَنَائِمَ قَدْ عَلَّقُوْا سُيُوْفِهِمْ بِالزَّيْتُوْنِ…

“…Kemudian mereka menaklukkan Kota Konstantinopel. Ketika mereka sedang membagi-bagi harta rampasan perang dan menggantungkan pedang-pedang mereka di pohon zaitun…”
Juga di dalam hadits lainnya,

…فَيَقْتَتِلُوْنَ حَتَّى يَحْجُزَ بَيْنَهُمْ اللَّيْلُ فَيَفِيْءُ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ كُلٌّ غَيْرُ غَالِبٍ

“…Bertempurlah mereka (Muslimin dan Romawi) sampai dihentikan malam, mereka (Pasukan Muslimin) dan mereka (Pasukan Romawi) kembali (ke kemah mereka) keduanya tidak meraih kemenangan…” (HR. Muslim: Kitab Al-Fitan wa Asyratus-Saa’ah no. 2899)
Cara berperang seperti ini, (dilakukan pada siang hingga sore hari) hanya dilakukan oleh pasukan perang sebelum adanya teknologi dan penerangan. Sehingga pada malam harinya mereka menghentikan perang, dan kembali ke kemah masing-masing. Masih dalam hadits yang sama,

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنِّيْ لَأَعْرِفُ أَسْمَاءِهِمْ وَ أَسْمَاءَ آبَائِهِمْ وُ أَلْوَانَ خُيُوْلِهِمْ, هُمْ خَيْرُ فَوَارِسَ عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ يَوْمَئِذٍ

“…Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,”Sungguh aku mengenal nama-nama mereka, nama-nama bapak mereka, dan bahkan warna kuda-kuda mereka. Mereka pada waktu itu adalah sebaik-baik prajurit berkuda di muka bumi.”
Allaahu a’lam bish showaab