ALAM SEMESTA – Al Quran adalah mukjizat terbesar sepanjang masa. Telah diakui bahwa Al Quran memiliki keindahan bahasa dan terkandung hikmah sempurna di dalamnya.
Ruang lingkup pembahasan Al Quran juga luas dan mencakup berbagai bidang ilmu, salah satunya sains.
Pembentukan Alam Semesta
Di dalam Al Quran terdapat ayat-ayat yang menjelaskan bagaimana proses pembentukan alam semesta. Salah satunya dibahasa pada surat Al Qaf ayat 38.
“Dan sungguh, kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan kami tidak merasa letih sedikitpun.” (Qs. Qaf: 38).
Dari ayat tersebut bisa kita pahami bahwa Allah SWT menciptakan langit dan bumi beserta seluruh isinya (alam semesta) dalam enam masa.
Namun dalam beberapa penafsiran lain disebutkan bahwa alam semesta terbentuk selama 6 hari, 6 tahapan, ataupun 6 periode.
Makna Kata Hari dalam Proses Pembentukan Alam Semesta Menurut Islam
Kata “hari” di dalam bahasa arab dapat digunakan untuk menjelaskan rentang waktu antara terbitnya matahari hinga terbenamnya. Dapat juga untuk menyebut rentang waktu tertentu. (Al Mufradat, hlm. 553)
Oleh sebab itu, beberapa ulama berbeda pendapat dalam memahami kata “hari” terkait proses penciptaan alam semesta menurut Islam.
Di dalam Al Bidayah wa anNihayah, Ibnu Katsir menyebutkan perbendaan pendapat para ulama mengenai makna “hari”. Menurut pernyataan beliu, terdapat dua pendapat ulama tentang penciptaan langit dan bumi.
Pendapat Pertama
Artinya serupa dengan makna hari yang biasa dikenal manusia, yaitu dimulai dari terbitnya matahari sampai tenggelamnya matahari. Ini adalah pendapat mayoritas (jumhur) ulama.
Pendapat Kedua
Satu hari dalam proses penciptaan alam semesta menurut Islam itu setara dengan 1000 tahun dalam waktu manusia.
Pendapat ini diriwayatkan oleh Ibn Abbas, Mujahi, ad-Dhahak, Ka’b Al Ahbar dan merupakan pendapat yang dipilih oleh Imam Ahmad.
Sebagaimana keterangan beliau di dalam ar-Rad ‘ala Al Jahmiyah. Pendapat kedua ini juga dinilai kuat oleh Ibnu Jarir at-Thabari. (Al Bidayah wa an-Nihayah, 1/15).
Ulama lain yang menyetujui pendapat kedua adalah Al Qurtubi. Beliau mengatakan dalam tafsirnya, “Dalam waktu 6 hari, maksudnya adalah hari di akhirat, bahwa satu hari sama dengan 1000 tahun, karena besarnya penciptaan langit dan bumi.” (Tafsir Al Qurthubi, 7/219)
6 Masa Pembentukan Alam Semesta Menurut Islam
Surat An-Nazi’at 27-33
Masa Pertama
“Apakah penciptaanmu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya?” (Qs. An-Nazi’at: 27)
Saat masa ketiadaan ini, alam semesta terbentuk akibat ledakan besar atau dalam dunia barat disebut dengan Big Bang.
Ledakan super masif ini merupakan awal dari terbentuknya ruang dan waktu serta materi. Setelah itu mulai terbentuk dukhan atau awan debu. Dukhan yang berkondesasi sambil berputar akan memadat sehingga terbentuk unsur hidrogen.
Ketika suhu awan debu mencapai 20 juta derajat celcius, helium terbentuk dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sedangkan sebagian lain berubah menjadi energi yang berbentuk pancaran sinar infra merah (infra red).
Masa Kedua
“Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyemperunakannya” (Qs. An-Nazi’at:28)
Ayat ke-28 dalam surat An-Nazi’at ini menerangkan proses pengembangan dan penyempernaan alam semesta.
Kata “meninggikan bangunan” bermakna alam semesta mengembang, antar galaksi saling menjauhi dan langit semakin meninggi.
Sedangkan kata “menyempurnakan” berarti bahwa alam ini tidak langsung terbentuk seutuhnya. Namun mengalami proses perubahan yang bertahap.
Masa Ketiga
dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita) dan menjadikan siangnya (terang benderang) (Qs. An-Nazi’at: 29)
Pada masa ketiga ini terbentuk matahari yang berfungsi sebagai sumber cahaya dan bumi berputar pada porosnya, sehingga terjadi perubahan siang dan malam. Sesuai dengan arti dari kalimat “Dia menjadikan malamnya (gelap gulita) dan menjadikan siangnya (terang benderang)”.
Masa Keempat
“dan setelah itu bumi Dia hamparkan” (Qs. An-Nazi’at: 30)
Daratan bumi muncul pada fase keempat ini. Berjuta tahun yang lalu, saat terjadi tubrukan antara sebuah komet dengan matahari, sebagian massa matahari terpental jauh ke luar.
Massa yang terpental ini nantinya akan berubah menjadi planet-planet. Salah satunya adalah planet bumi.
Kata “Penghamparan” dapat dijabarkan sebagai pembentukan superkontinen pangea yang ada di permukaan bumi. Karena saat itu daratan bumi belum ada. Yang ada hanya bebatuan bersuhu ratusan derajat selsius yang berpijar.
Masa Kelima
“darinya Dia pancarkan mata air dan (ditumbuhkan) tumbuhan-tumbuhannya” (QS.An-Nazi’at:31)
Dalam tahapan kelima ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan pada kondisi bumi. Dari semula dimana bumi tak berair berubah menjadi ada air.
Air di bumi berasumber dari komet yang menghantam bumi. Kandungan hydrogen dalam komet bereaksi ketika bertubrukan dengan unsur-unsur yang ada di bumi sehingga menghasilkan uap. Uap ini lah yang turun ke bumi sebagai hujan.
Bukti air bumi yang berasal dari komet adalah perbandingan deuterium dan hidrogen dalam air laut sama dengan yang ada di komet.
Semua kehidupan yang ada bersumber dari air. Setelah air di bumi terbentuk, tumbuh-tumbuhan pun mulai bermunculan.
Masa Keenam
“dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh” (Qs. An-Nazi’at: 32)“(semua itu) untuk kesenanganmu dan hewan-hewan ternakmu” (Qs. An-Nazi’at: 33)
Pada masa terakhir ini, “gunung-gunung dipancangkan”. Artinya, gunung baru terbentuk setelah daratan tercipta, pembentukan air dan tumbuhnya tanaman.
Gunung mempunyai akar di dalam tanah yang disebut pasak. Sedangkan fungsi gunung untuk menyeimbangkan kerak bumi dan mencegah goyangnya tanah. Setelah gunung terbentuk baru hewan dan manusia diciptakan.
Prinsip Penting dalam Menyikapi Proses Terbentuknya Alam Semesta
Allah SWT melalui Al Quran hanya memberikan keterangan secara umum dan tidak rinci mengenai proses penciptaan alam semesta.
Sehingga, sudah cukup bagi seorang muslim untuk mengetahui prosesnya secara global saja, tanpa perlu menggali lebih rinci.
Allah SWT menegaskan dalam Al Quran,
Aku tidak menghadirkan mereka untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri. (QS. Al Kahfi: 51)
Sumber : islamedia.web.id