expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

09/02/2020

LIMA SERUAN ALLAH BAGI PERSATUAN UMAT ISLAM


Eramuslim – DALAM surat Ali Imran, kaum Muslimin dibangkitkan kesediannya untuk menempuh jalan kehidupan yang baik dan untuk menerima segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, dalam bentuk seruan ilahi. Dari beberapa seruan itu, yang paling menonjol adalah lima buah seruan yang bersumber pada satu azas, yaitu: seruan persatuan, melindungi kesatuan, memelihara kepribadian sebagai umat yang bersatu padu, serta tidak pula memperkenankan faktor-faktor kelemahan dan kemusnahan untuk masuk ke dalam tubuhnya, baik dari dalam maupun dari luar.

Adapun lima seruan ilahi itu, adalah firman-firman Allah sebagai berikut :
1). Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Q.S. Ali Imran : 100-101).
2). Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (Q.S. Ali Imran : 102-105).
3). Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata Kami beriman, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): Matilah kamu karena kemarahanmu itu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (Q.S. Ali Imran : 118-120).
4). Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah[230]; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Ali Imran : 130-138)
5). Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (Q.S. Ali Imran : 200).
Lima seruan yang telah disebutkan di atas adalah pengukuhan kedudukan umat Islam, dan perlindungan terhadap dirinya dari faktor-faktor kelemahan intern dan ekstern. Sekarang ini tali persatuan umat Islam telah lepas, faktor perusak intern dan ekstern sudah menguasai hati dan qalbu Kaum Muslimin yang memutuskan kasih sayang antara mereka dan menjadikannya sebagai makanan empuk bagi musuh-musuh mereka serta terhenti dalam usaha mencapai tujuan yang luhur.
Di samping itu, anugerah Allah swt dibantukan pula kepada mereka berupa agama yang baik lagi cocok, pimpinan yang lurus dan moral yang tinggi lagi kuat, memimpin kepada jalan yang benar, serta menyampaikannya kepada kehidupan yang baik lagi bahagia. Sungguh patut bagi kita untuk berhenti sejenak sehingga teranglah yang tersimpan dalam seruan-seruan itu berupa rahasia hukum yang diberikan Allah swt kepada alam ini serta sunnah-sunnah yang ditunjukkan oleh-Nya demikian pula petunjuk jalan untuk mencapainya. [Syaikh Mahmud Syaltut] (inilah)
Sumber : Tafsir Alquran al-Karim 1 karya Syaikh Mahmud Syaltut. Syaikh Mahmud Syaltut adalah mantan rektor al-Azhar, Mesir, seorang ulama yang mengedepankan persatuan kaum muslimin apapun mazhabnya.