expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

03/08/2019

SHALAT ADALAH BUKTI UTAMA RASA SYUKUR HAMBA PADA ALLAH SHUBHANAHU WATA'ALA



Artikel ini saya tulis karena terinspirasi oleh sebuah pertanyaan yang acap kali muncul dari dalam lubuk hati saya sendiri. Yaitu, ‘Apakah shalat itu tanda syukur kita pada Sang Maha Pencipta? Lalu pertanyaan itu saya jadikan judul tulisan ini, seperti di atas. Kemudian dari situ, lantas apa sebenarnya jawaban dari pertanyaan itu. Untuk memenuhi rasa ingin tahu akan jawabannya, saya coba dan mari kita coba renungkan firman Allah Subhanahu wata’ala berikut ini,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالاِنسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾ مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ ﴿٥٧﴾
“Dan tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepadaKu. Aku tak menghendaki rizqi sedikitpun dari mereka dan Aku tak menghendaki agar mereka memberiKu makan.” (Adz-Dzaariyaat 56-57)
Dari firman Allah di atas, saya menangkap mudah-mudahan tidak keliru, bahwa Tuhan tidak akan menciptakan manusia selain untuk mengabdi kepada-Nya (yaitu shalat). Artinya, penciptaan manunia itu bukan untuk tujuan lain selain hanya untuk mengabdi kepada-Nya (apalagi untuk main-main). Dan ini tidak berarti bahwa Tuhan butuh pada shalat kita. Tetapi kitalah yang membutuhkan pertolongan Allah melalui shalat itu. Jadi, Tuhan sama sekali tidak butuh shalat kita, termasuk  bahwa Dia tidak  mengehendaki rizqi sedikitpun dari kita, demikian pula Tuhan sama sekali tidak menghendaki agar kita memberi-Nya makan. Dan memang demikianlah adanya Hakikat Tuhan (Allah subhanahu wata’ala). Dia Maha kaya tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Akan tetapi jangan keliru pula kita memahaminya, bahwa kalimat ‘Tuhan tidak butuh shalat kita’ lalu dengan begitu, kita tidak perlu lagi menyembah atau mengabdi kepadaNya, berupa shalat? oleh karena tuhan tidak butuh shalat kita?, sama sekali tidak demikian. Karena sebenarnya kitalah yang membutuhkan Tuhan dengan segala pertolonganNya.

Sebenarnya shalat kita adalah tanda syukur kita kepadaNya. Mengapa shalat saja sebagai ibadah yang menjadi tanda syukur kita  kepada Allah? Ketahuilah saudaraku, bahwa shalatmu adalah tiang agamamu. Bukan puasamu, bukan zakatmu, bukan haji mu yang menjadi tiang agama. Jadi kalau shalat tidak kita tegakkan, maka kita telah meruntuhkan agama kita. Dan, jika shalat tidak kita tegakkan maka apalah bedanya kita dengan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir alias orang kafir, mereka juga puasa, bersedekah, dll. tentu dengan cara mereka. Tetapi meskipun dalam hadis itu dikatakan bahwa shalat adalah tiang agama, bukan berarti ibadah-ibadah yang lain seperti puasa, zakat dan haji lalu kita tinggalkan, sama sekali tidak demikian dan semuanya harus kita laksanakan. Namun demikian, shalat adalah penentu utama baik buruknya amal-amal yang lain itu.
Shalat merupakan perkara yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة فإن صلحت صلح له سائر عمله وإن فسدت فسد سائر عمله
Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk maka seluruh amalnya pun akan buruk.” (H.r. Ath-Thabrani dalam Al-Mujamul Ausath, II:512, no. 1880 dari sahabat Anas bin Malik. Dinilai sahih oleh Syekh Al-Akbani daam kitab Shahih Al-Jamu’ish Shaghir, no. 2573 dan Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, III:343, no. 1358)
Dalam hadits yang lain, dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أول ما يحاسب به العبد بصلاته ، فإن صلحت فقد أفلح وأنجح ، وإن فسدت فقد خاب وخسر ، وإن انتقص من فريضته قالالرب : انظروا هل لعبدي من تطوع؟ فيكمل بها ما انتقص من الفريضة ، ثم يكون سائر عمله على ذلك
Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila shalatnya jelek maka ia telah celaka dan merugi. Dan apabila ia kurang dalam melakukan shalat wajib maka Allah akan berkata, ‘Lihatlah apakah hamba-hamba-Ku memiliki shalat sunnah?’ Lantas disempurnakanlah dengannya yang kurang dari shalat wajib itu. Kemudian yang demikian itu berlaku pula bagi seluruh amalnya.” (H.r. At-Tirmidzi, no. 413; An-Nasa’i, I:232—233; Al-Baihaqi, II:387. Dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Targhib wat Tarhib, no. 540 dan Shaihh Al-Jami’ish Shaghir, no. 2020)
Pertama kali yang harus kita pahami dan insyafi sebagai seorang muslim adalah bahwa diri kita ini adalah seorang hamba, seorang hamba yang diciptakan Allah, yang dikaruniai banyak nikmat, yang tinggal di bumi yang telah diciptakan Allah, mempunyai kewajiban untuk patuh dan tunduk pada aturan-aturan Allah yang menyejahterakan dan menyelamatkan. Sebagaimana  Allah SWT telah mewajibkan atas hambanya untuk mendirikan atau menunaikan sholat, zakat, puasa, haji, berbakti kepada orang tua, menghormati tetangga, menyantuni anak yatim, mengasihi fakir miskin, memberi pada peminta-minta, nasehat-menasihati dalam menaati kebenaran dan menetapi kesabaran dan lain-lain, maka ketaatan atas semua itu merupakan hal yang wajib pula.
Sholat adalah tanda syukur, Banyak Sholat = Banyak Syukur. Nabi pernah ditanya Oleh istrinya, Wahai Rasulullah kenapa baginda banyak sholat di malam hari, bukankah baginda sudah diampuni dosa-dosa baginda yang telah lalu dan yang akan datang (maksum) ? Pertanyaan Istri Rasulullah hanya dijawab dengan jawaban sederhana nan penuh keikhlasan : Sudahkah diri saya ini termasuk hamba yang  bersyukur.!
Oleh karena itu wahai sauadara ku, marilah kita shalat agar kita dapat meraih keuntungan, dan takutlah akan kehilangan rasa syukurmu pada Allah karena dengan begitu kita akan kehilangan kasih sayang Allah dan itu adalah kerugian yang besar bagi kita, dunia dan akhirat. Subhanallah! Semoga tulisan ini bermanfaat, amien.
Hadaanallah Waiyyakum Ajma'iin

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh