expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

26/10/2021

PELAYAN DAN ISTRI PENGHUNI SURGA



Pelayan-Pelayan Penghuni Surga

Allah ta’alaa berfirman,

Mereka dikelilingi anak-anak muda yang tetap muda. Dengan membawa gelas, bejana, dan piala berisi mainuman yang diambil dari air yang mengalir.” (Al-Waqi’ah: 17-18)

Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, maka kamu mengira mereka itu mutiara yang bertaburan.” (Al-Insan: 19)

Allah mengibaratkan mereka sepeti mutiarayang bertebaran.di sini ada dua hikmah besar; Pertama, ini menunjukkan bahwa para pelayan surga tidak pernah menganggur. Mereka hilir mudik di surga dalam rangka berkhidmat kepada penghuni surga dan memenuhi keperluan mereka. Kedua, bahwa mutiara yang disebar di atas permadani dari emas dan sutra itu jauh lebih indah di mata daripada jika dikumpulkan di satu tempat. Pelayan-pelayan tersebut diciptakan di surga untuk melayani para penghuninya sebagaimana bidadari-bidadari bermata jelita. Allah ta’alaa berfirman,

Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan.” (Ath-Thuur: 24)

Istri-istri Penghuni Surga

Allah ta’alaa berfirman,

Dan sampaikan berita gembira kepada mereka yang beriman dan beramal shalih, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan, ‘Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.’ Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 25)

Maksud dari kata “suci” pada ayat ini adalah wanita yang tidak mengalami menstruasi, tidak buang air kecil, nifas, buang air besar, keluar ingus, meludah, dan seluruh kotoran wanita-wanita dunia. Hatinya juga suci dari akhlak yang buruk. Lisannya suci dari kata-kata kotor. Dan cintanya suci sehingga ia tidak tertarik kepada laki-laki selain suaminya. Serta pakaiannya suci dari najis dan kotoran.

Dalam ayat lain, Allah menyebut bidadari dengan kata al-Huur, ia adalah jamak dari kata al-haura’ yang artinya wanita muda yang cantik mempesona, kulitnya mulus dan biji matanya sangat hitam. Mujahid berkata, al-haura’ adalah wanita yang matanya halus sehalus kulit dan putih seputih warna. Hasan berkata, al-haura’ adalah wanita yang matanya amat puttih dan biji matanya sangat hitam. Adapun al-‘in adalah wanita yang matanya menghimpun sifat-sifat keelokan dan kecantikan. Allah ta’alaa berfirman,

Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan yang menundukkan pandarngannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (Ar-Rahmaan: 56-58)

Allah menyifati bidadari-bidadari surga dengan sifat menundukkan pandangan dengan tidak memandang pria lain selain suaminya. Telah disebutkan bahwasanya pandangan bidadari-bidadari surga hanya terpusat pada suaminya dan tidak tertarik kepada pria lain. Pesona mereka dan kecantikan mereka membuat suami mereka tidak tertarik melihat wanita-wanita selain mereka. Allah ta’alaa berfirman,

Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. (Ar-Rahmaan: 74)

Imam Ahmad berkata, “Bidadari-bidadari yang bermata jelita tidak binasa pada saat peniupan sangkakala, karena mereka diciptakan untuk kekal abadi.” Ayat ini juga sebagai hujjah bahwa jin yang beriman akan masuk surga dan jin yang kafir kelak masuk neraka. Tentang ciri-ciri mereka, Allah ta’alaa berfirman,

(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam kemah.” (Ar-Rahmaan: 72)

Bidadari-bidadari surga disifati dengan sifat yang melekat pada diri mereka, yaitu dipingit di rumah, namun mereka tetap diberi kesempatan untuk berjalan-jalan melihat-lihat keindahan taman-taman lainnya dikawal pelayan-pelayan surga. Dikatakan sebelumnya bahwa mereka menundukkan pandangan. Ini adalah ciri yang pertama, adapun ciri yang kedua, bahwa mereka menundukkan kaki dari keluar rumah untuk mengumbar aurat kepada pria selain suami mereka. Selanjutnya Allah ta’alaa berfirman,

Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik lagi cantik.” (Ar-Rahmaan: 70)

Maksudnya adalah, bidadari-bidadari tersebutbaik akhlaknya, dan rupawan parasnya. Kemudian Allah ta’alaa berfirman,

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) secara langsung. Dari Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan.” (Al-Waqi’ah: 35-38)

Qatadah dan Sa’id bin Jubair berkata, “Kami ciptakan mereka sebagai makhluk baru yang belum pernah ada sebelumnya.” Ibnu Abbas berkata, “Wanita-wanita yang dimaksud adalah wanita-wanita dunia.”

Adam bin Abu Iyas berkata, bahwa berkata kepada kami Syaiban dari Zuhri dari Jabir al-Ja’fi dari Yazid bin Murrah dari Salamah bin Yazid yang berkata, bahwa saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai firman Allah, “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) secara langsung.” Beliau bersabda, “Mereka adalah janda-janda dan perawan-perawan yang pernah hidup di dunia.”

Muqatil berpendapat lain dan ini juga pendapat Zajjaj, bahwa wanita-wanita tersebutadalah bidadari-bidadari yang bermata jelita yang disebutkan Allah dalam al-Qur’an. Mereka diciptakan Allah untuk pada wali-Nya dan mereka tidak mengalami proses kelahiran. Sehingga zhahir ayat ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan mereka secara langsung di surga. Ada dua pertimbangan yang menguatkan pendapat ini; Pertama, Allah telah berfirman khusus untuk jatah para wali-Nya,

Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda. Dengan membawa gelas, bejana, dan piala berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir. Mereka tidak pusing karenanya dan tidak pula mabuk. Dan buah-buahan dari apa yang mereka inginkan. Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jelita. Laksana permata yang tersimpan baik.” (Al-Waqi’ah: 17-23)

Kedua, bahwa Allah berfirman,

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) secara langsung.”

Bahwa proses penciptaan mereka adalah proses penciptaan yang pertama dan tidak terulang untuk kedua kalinya. Karenanya jika Allah menghendaki penciptaan kedua, maka Dia pasti menjelaskannya. Ketiga, bahwa obyek perintah firman Allah ta’alaa,

Dan kalian menjadi tiga golongan.” (Al-Waqi’ah: 7), hingga akhir surat adalah berlaku umum kepada pria dan wanita. Proses penciptaan untuk kedua kalinya juga berlaku bagi kedua jenis manusia tersebut. Sehingga proses penciptaan kejadian dengan spontan itu tidak hanya terjadi pada bidadari surga saja, tapi berlaku juga bagi wanita-wanita dunia. Karena mereka lebih berhak akan proses penciptaan seperti itu. Sehingga proses penciptaan ini berlaku bagi kedua tipe wanita tersebut. Bidadari surga dan wanita dunia.

Kemudian firman Allah ta’alaa, “Uruban”, Al-‘urub para ahli tafsir menyebutkan, bahwa wanita-wanita tersebut sangat mencintai suaminya, sayang kepadanya, manja kepadanya, membuat suaminya cinta kepadanya. Selanjutnya Allah ta’alaa berfirman,

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapatkan kemenangan. (Yaitu) kebun-kebun dan buah anggur. Dan gadis-gadis remaja yang sebaya.” (An-Naba’: 31-33)

Kawa’iba adalah jamak dari kata ka’ibun yang berarti wanita yang montok. Qatadah dan Mujahid dan pakar tafsir berkata, “Al-Kalbi berkata, ‘Mereka adalah wanita-wanita yang menonjol payudaranya dan bulat. Asal muasal kata tersebut dari al-istidarah yang berarti bulat. Maksudnya bahwa payudara mereka laksana buah delima dan tidak menjulur ke bawah.”

Bukhari dalam Shahihnya meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sungguh pergi di jalan Allah pada pagi hari atau sore hari adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Sungguh busur panah salah seorang dari kalian atau tempt tali panahnya di surga lebih baik daripada dunia dan seisinya. Jika sekiranya salah seorang bidadari surga datang ke dunia, pasti ia menyinari langit dan bumi dan memnuhi antara keduanya dengan aroma yang harum semerbak. Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (Riwayat Bukhari)

Ibnu Wahab berkata, bahwa berkata kepadaku Amr bin Harits dari Abu Samah dari Abu Haitsam dari Abu Sa’id al-Khudri Radliyallahu ‘anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang firman Allah ta’alaa, “Mereka seolah-olah permata yakut dan marjan.” Sabda beliau,

Ia bisa melihat wajahnya di dada istrinya yang lebih bening ketimbang cermin. Sesungguhnya mutiara lu’lu’ yang paling rending mutunya di surga menerangi antara timur dan barat. Istrinya mengenakan tujuh puluh pakaian. Namun pandangannya bisa menembusnya hingga melihat sumsum tulang betisnya dari luar kesemua bajunya tersebut.”

Tirmidzi meriwayatkan dalam Jami’nya hadits dari Qatadah dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,

Di surga, setiap orang mukmin diberi kekuatan sekian kali dalam melakukan hubungan suami istri.” Ditanyakan, “Wahai Rasulullah, apakah ia mampu melakukannya?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ia diberi kekuatan bisa melakukan hubungan suami istri sebanyak seratus kali.” (Hadits Shahih)

Adapun mengenai bahan baku penciptaan bidadari-bidadari tersebut, Abu Nu’aim yang berkata, bahwa berkata kepada kami Ali bin Muhammad ath-Thusi yang berkata, bahwa berkata kepada kami Ali bin Sa’id yang berkata, bahwa berkata kepada kami Muhammad bin Ismail al-Hasani yang berkata, bahwa berkata kepada kami Manshur bin al-Muhajir yang berkata, bahwa berkata kepada kami Abu Manshur al-Abar dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu yang meneruskannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,

Sekiranya bidadari surga berludah di tujuh lautan bumi, pasti airnya berubah menjadi tawar karena saking tawarnya mulut bidadari surga tersebut. Bidadari surga yang bermata jelita diciptakan dari za’faran.”

Ada riwayat lain mengenai bahan baku bidadari-bidadari surga yang bermata jelita. Ibnu Abu Dunya berkata, bahwa berkata kepada kami Khalid bin Sa’id dari Khadasy yang berkata, bahwa berkata kepada kami Abdullah bin Wahab yang berkata, bahwa berkata kepada kami Sa’id bin Ayyub dari Aqil bin Khalid az-Zuhri bahwa Ibnu Abbas Radliyallahu ‘anhumaa berkata, “Sesungguhnya di surga terdapat sebuah sungai yang benama al-Baidakh. Di atas sungai al-Baidakh terdapat kubah dari mutiara yakut dan di bawahnya terdapat bidadari-bidadari yang bermata jelita. Penghuni surga berkata, ‘Mari kita pergi ke sungai al-Baidakh!’ lalu mereka memanggil wanita-wanita tadi. Jika salah seorang dari penghuni surga yang tertarik kepada salah seorang dari wanita tersebut. Maka ia memegang pergelangan tangannya. Lantas wanita tersebut pun ikut padanya.” (Riwayat Abu Nu’aim)

Dalam Musnad Ahmad disebutkan hadits dari Katsir bin Murrah dari Muadz bin Jabal Radliyallahu ‘anhu dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,

Janganlah seorang istri menyakiti hati suaminya di dunia sebab istrinya dari bidadari-bidadari yang bermata jelita pasti berkata, ‘Jangan sekali-kali kamu menyakiti hatinya. Mudah-mudahan engkau dimatikan Allah. Ia bagi kamu hanya sebatas tamu dan sebentar lagi ia meninggalkanmu dan menjadi milik kami.”

Atha’ as-Sulami berkata kepada Malik bin Dinar, “Wahai Abu Yahya, buatlah kami rindu dengan surga!” Malik bin Dinar berkata, “Wahai Atha’, sesungguhnya di surga terdapat bidadari-bidadari yang kecantikannya menjadi bahan pembicaraan surga yang lain. Sekiranya Allah memberlakukan kematian pada penghuni surga, maka mereka akan mati karena melihat kecantikannya.” Ucapan Malik bin Dinar itu pun meninggalkan kesedihan di hati Atha’.

Ibnu Abu al-Hawari berkata, “Para bidadari-bidadari yang bermata jelita diciptakan secara langsung. Ketika penciptaan mereka telah sempurna, mereka ditempatkan di kemah-kemah.”

Ibnu Abu Dunya berkata bahwa, berkata kepadaku Husain bin Yahya dari Katsir al-Anbari yang berkata, bahwa berkata kepada kami Khuzaimah Abu Muhammad dari Sufyan ats-Tsauri yang berkata,, “Ada sinar yang bercahaya terang benderang di surga. Tidak ada satu tempat pun di surga kecuali sinar tersebut masuk kepadanya. Para penghuni surga melihat ke arah sinar tersebut. Ternyata sinar tersebut berasal dari bidadari yang bermata jelita yang sedang tertawa di hadapan suaminya.” Ibnu Mubarak berkata, bahwa berkata kepadaku Auza’i dari Yahya bin Abu Katsir yang berkata, “Sesungguhnya bidadari-bidadari yang bermata jelita menunggu suaminya masing-masing di pintu-pintu surga. Mereka berkata, ‘Aduh, betapa lamanya kami menanti kedatangan kalian. Kami selalu ridha dan tidak murung selama-lamanya. Kami tetap tinggal bersamamu dan tidak terpisah denganmu selama-lamanya. Kami kekal abadi dan tidak mati selama-lamanya.’ Ia mengucapkan yang demikian dengan suara yang paling merdu yang pernah didengar telinga. Bidadari berkata, ‘Engkau adalah kekasihku dan aku adalah kekasihmu.’”

Sumber: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. “Hadil Arwaah ila Bilaadil Afraah” atau “Tamasya ke Surga“. Terj. Fadhil Bahri, Lc. Bekasi: Darul Falah. 2015

Disalin dari : www.alislamu.com