expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

27/11/2020

MENYEGERAKAN BERBUAT KEBAIKAN DAN BAHAYA MENUNDANYA


Tulisan ini saya kutip dari buku Ihya ‘Ulumuddin karangan imam Al Gazali. Saya angkat topik ini karena sangat bermanfaat sebagai pengingat kita agar tidak terlalaikan oleh kesibukan dunia, sehingga melupakan bekal perjalanan panjang menuju alam baqa nanti. Semoga kita bisa senantiasa mengingatkan diri kita akan pentingnya menyegerakan diri untuk berbuat kebaikan.

Rasulullah saw bersabda, “Rebutlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara, yaitu : Selagi engkau muda sebelum datang masa tuamu, selagi engkau sehat sebelum datang masa sakitmu, selagi engkau kaya sebelum datang masa miskinmu, selagi engkau lapang sebelum datang masa sempitmu, selagi engkau masih hidup sebelum datang masa kematianmu.” (HR.Baihaqi, ibnu Abuddun-ya dan ibnu Mubarak)

Semua kita menyadari bahwa memang kesibukan kita sehari-hari untuk urusan dunia kita begitu banyak menyita waktu atau umur kita. Bahkan kesibukan yang kita lakukan seringkali merupakan hal yang sia-sia dan juga kemaksiatan. Begitu banyaknya kesibukan keseharian kita. sehingga saking banyaknya seringkali melupakan kita untuk mempersiapkan bekal untuk kehidupan kita yang hakiki di akhirat kelak. Bahkan kalau kita prosentasekan antara porsi dunia dan akhirat yang sehari-hari kita lakukan mungkin hanya 30 porsen saja untuk urusan akhirat, sementara 70 porsennya adalah urusan dunia. Sementara kita tidak menyadari atau lupa bahwa jatah umur kita akan terus-menerus berkurang dari hari ke hari.

Dalam kaitan ini, Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Ada dua macam kenikmatan yang kebanyakan manusia tertutup dari padanya ( tidak mengetahui atau tidak menyadarinya) yaitu, masa sehat dan masa lapang.” (HR Bukhari)

Apa yang dijelaskan oleh Rasulullah di atas, adalah hal yang sehari-hari kita alami, dimana kebanyakan kita tidak menyadari bahwa ketika dua kenikmatan itu datang menghampiri kita, kita tidak mensyukurinya bahkan kita mengganggapnya sebagai hal yang biasa saja, bukan sebagai sebuah nikmat pemberian Allah. Akan tetapi baru kita sadari betapa besar nilai atau harga sebuah kesehatan dan keluangan itu, setelah ia datang menghampiri kita berupa sakit dan kesempitan waktu karena sangat sibuk.

Hasan berkata dalam salah satu pesan/nasihatnya, “Ayo segera, ayo segera. Karena segala sesuatu bergantung pada nafasmu saja dan apabila ia telah diputuskan, maka terputuslah segala amalanmu. Kalau demikian, amalan mana lagi yang akan kau pergunakan untuk bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”

Selanjutnya beliau mengucapkan ayat yang berbunyi sebagai berikut :

Innamaa na’uddu lahum ‘addaan, yang artinya, “Sesungguhnya Kami (Allah) menghitungnya itu dengan hitungan yang cermat sekali.” (QS.Maryam : 85)

Ayat di atas menjelaskan bahwa yang dihitung itu adalah pernafasan atau tarikan nafas kita setiap hari, di mana hitungan yang terakhir sekali adalah ketika kita menghembuskan nafas yang terakhir, yang lebih akhir lagi adalah di kala kita berpisah dengan keluarga dan segala kecintaan kita kepadanya, dan yang lebih akhir lagi dari itu adalah pada saat kita masuk ke liang lahat.

Karena itu, marilah sejenak kita merenungkan dalam-dalam tentang sebuah pertanyaan berikut. Apa sebenarnya yang menyebabkan manusia suka menunda beramal kebaikan sebagai bekal perjalanan menuju kehidupan yang hakiki di akhirat kelak?

Menurut Imam Al Gazali dalam bukunya Ihya ‘Ulumuddin, bahwa yang menyebabkan manusia suka sekali menunda berbuat kebaikan (amal shaleh) adalah karena manusia amat gemar sekali pada keduniaan, suka sekali pada kesyahwatan, sehingga menyebabkan ia terlalai dari  mengingat Allah dan lupa untuk berbuat amal kebaikan. Ia selalu mengulur-ngulur waktu yang tidak dapat ia tentukan sendiri.

Demikianlah sekelumit peringatan atau nasihat ini, semoga bisa menjadi pelajaran untuk kita semua, aamiin.

Sumber : Ihya ‘Ulumuddin-Imam Al Gazali

Artikel : webarsyam.wordpress.com