Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam- keluarga dan para sahabatnya.
Islam menempatkan kedudukan suami begitu sangat istimewa bagi seorang istri. Mentaati suami dan selalu berusaha mendapatkan keridhaan-Nya menjadi sebab baginya untuk masuk surga. Sebagaimana sikap kurang ajar, menentang, dan durhaka kepada suami menjadi sebab seorang istri digiring ke neraka. Ini adalah perkara sangat penting sekali untuk diperhatikan para istri dan wanita muslimah.
Maka wajib bagi istri untuk memperhatikan suaminya. Bahwa suami adalah satu pintu besar dari pintu surganya. Mematuhi suami dalam kebaikan adalah jalan menuju surga. Karenanya, janganlah seorang istri kurang jaar, menyombongkan diri dan membangkang terhadap suaminya.
Dari al-Husain bin Mihshan Radhiyallahu 'Anhu, bahwa bibinya mendatangi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam untuk satu keperluan. Setelah selesai, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepadanya, “Apakah kamu punya suami?” Ia menjawab, “ya.”
“Bagaimana sikapmu terhadapnya?” tanya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Ia menjawab, “Aku selalu melayaninya, kecuali apa yang tak kumampu.”
Kemudian beliau bersabda,
انْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإِنَّهُ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
“Perhaitkan posisimu terhadapnya, karena dia adalah surgamu dan nerakamu.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan dishahihkan Syaikh Al-Albani)
Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada bibi Al-Husain juga berlaku kepada setiap muslimah. Berlaku bagi setiap istri. Perhatikan kedudukanmu di sisinya. Apakah engkau sesuai keinginannya, sayang kepadanya, melayaninya, menghiburnya saat sulit, menyambut seruannya? Jika demikian maka keridhaannya menjadi sebab istri masuk surga.
Ataukah engkau jauh dari harapannya, sering membuat jengkel dirinya, menentang dan durhaka kepadanya, dan kufur terhadap kebaikannya,? Jika demikian maka kemurkaan dan kemarahan suami menjadi sebab si istri masuk neraka.
Bahkan di hadits lain, shalat seorang wanita tidak akan diterima dan diangkat kepada Allah karena sebab kemurkaan suami terhadapnya.
Dari Abu Umamah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
ثلاثة لا تجاوز صلاتهم آذانهم العبد الآبق حتى يرجع وامرأة باتت وزوجها عليها ساخط وإمام قوم وهم له كارهون
“Tiga orang yang shalat mereka tidak melampaui telinga mereka. Yaitu budak yang kabur sampai dia kembali, isteri yang tidur sementara suaminya marah kepadanya, dan pemimpin sebuah kaum dan kaum itu membencinya.” (HR. Al-Tirmidzi dna beliau berkata: hasan gharib. Syaikh Al-Albani menghasankannya di Misykah Al-Mashabih, no. 1122)
Dalam Sunan Ibni Majah dengan isnad hasan, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
ثلاثة لا ترفع صلاتهم فوق رءوسهم شبرا : رجل أم قوما ، وهم له كارهون ، وامرأة باتت وزوجها عليها ساخط ، وأخوان متصارمان
“Tiga orang yang shalat mereka tidak akan terangkat melebihi kepala mereka walau sejengkal saja: seseorang yang mengimami satu kaum semetara mereka membencinya, wanita yang tidur semetara suaminya marah kepadanya, dan dua saudara yang saling memutuskan hubungan.”
Dalam hadits ini, dapat juga dipahami, bahwa tanda diterimanya shalat seorang istri adalah dengan ridha suaminya kepadanya. Bahwa shalat seorang istri akan diangkat kepada Allah Subahanahu wa Ta'ala jika suaminya ridha kepadanya.
Sangat aneh, ada seorang wanita selalu mengenakan pakaian shalat, dekat dengan sajadahnya, dan mushaf berada di tangannya. Namun, ia tak peduli kebutuhan suaminya terhadap dirinya. Ia tidak patuh kepada suaminya. Bahkan menyombongkan diri dan menentang suaminya. Sungguh, shalat dan berbagai ibadah wanita ini sangat sulit diterima Allah Subahanahu wa Ta'ala. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sumber : voa-islam.com