Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Tanda Allah memuliakan hamba-Nya adalah dengan memberikan nikmat agama untuknya. Salah satu bentuknya, Allah memberinya ilham dan taufiq untuk berbekal ketaatan dan amal shalih sebelum wafatnya. Ini tanda husnul khatimah yang paling kuat.
Saat Allah memberi kepada seorang hamba -sebelum wafatnya- taufiq untuk menjauhi perbuatan yang membuat Allah murka, bertaubat dari dosa-dosa dan maksiat-maksiat, menjalankan ketaatan dan perbuatan-perbuatan baik, lalu ia meninggal setelah itu, maka ia meninggal dalam keadaan baik. Inilah husnul khatimah. Inilah yang disebut madu dari Allah untuk hambanya yang Allah kehendaki kebaikan untuknya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِعَبْدٍ خَيْرًا عَسَلَهُ، قِيلَ وَمَا عَسَلُهُ، قَالَ يَفْتَحُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ عَمَلًا صَالِحًا قَبْلَ مَوْتِهِ ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ
“Apabila Allah ‘Azza wa Jalla menghendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Allah beri madu untuknya? Kemudian ditanyakan kepada beliau: apa maksud Allah memberinya madu? Beliau menjawab: Allah ‘Azza wa Jalla membukakan amal shalih untuknya lalu mewafatkannya di atas kondisi itu.” (HR. Ahmad dalam musnadnya, dan dishahihkan A-lAlbani di Shahih Al-Jaami’)
Al-Munawi menjelaskan hadits ini, “Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan amal shalih yang Allah rizkikan kepada seorang hamba dengan madu. Di mana madu adalah makanan bagus yang membikin manis segala sesuatu yang diberi madu dan menjadi lebih bagus jika ditambah madu.” (Al-Taisir bi Syarh Jaami’ al-Shaghiir: 1/126)
Yakni, Allah berikan taufiq kepada hamba tersebut untuk beramal shalih menjelang wafatnya. Amal tersebut menjadi pujian mulia untuk dirinya. Orang-orang di sekitarnya mengenalnya sebagai orang baik. Amal shalih tersebut menjadi seperti madu bagi orang tadi sebagaimana madu yang menjadikan satu makanan menjadi manis dan sehat apabila dicampur padanya.
Ini seperti sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ
“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba maka Allah memperkerjakannya?” Beliau ditanya tentang maksudnya. Lalu beliau bersabda,
يُفْتَحُ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ بَيْنَ يَدَيْ مَوْتِهِ حَتَّى يَرْضَى عَنْهُ مَنْ حَوْلَهُ
“Dibukakan amal shalih untuknya menjelang wafatnya sehingga orang-orang yang disekitarnya ridha kepada dirinya.” (HR. Ahmad dan dishahihkan Syaikh Al-Albani di Shahih al-Targhiib)
Dalam riwayat lain di Musnad Ahmad, dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قَالُوا وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ مَوْتِهِ
“Apabila Allah menghendaki kebaikan atas hamba-Nya, maka Dia memperkerjakannya?” Para sahabat bertanya, ‘Bagaimana Allah memperkerjakannya?’ Beliau menjawab, ”Allah memberinya taufiq untuk beramal shalih sebelum kematiannya.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidz. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Al-Shahihah, no. 1334)
Dalam redaksi lain, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab pertanyaan serupa,
يَهْدِيهِ اللَّهُ عز وجل إِلَى الْعَمَلِ الصَّالِحِ قَبْلَ مَوْتِهِ، ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَى ذَلِكَ
“Allah ‘Azza wa Jalla memberinya hidayah mengerjakan amal shalih sebelum wafatnya, lalu mencabut nyawanya di atas kondisi tersebut.” (HR. Ahmad)
Hadits-hadits ini bagian dari jawami’ kalim (kalimat ringkas penuh makna) dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang memiliki arti sangat agung untuk menutrisi hati agar lebih cinta kepada Allah dan mengamalkan agama-Nya. Dengan sebab ini seseorang akan mulia hidupnya. Di dunia, dicintai hamba-hamba Allah yang mulia. Dikenal sebagai orang baik dan meraih husnul khatimah. Semetara di akhirat, ia akan mendapatkan ampunan, rahmat, kemuliaan, surga dan keridhaan Allah Subahanahu wa Ta'ala. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sumber : voa-islam.com