expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

14/10/2019

PENULIS TERNAMA UIGHUR MENINGGAL DI TAHANAN 'KAMP CUCI OTAK' CHINA

Penulis terkemuka Uighur Nurmuhammad Tohti (tengah)/VoA
Ketika tubuhnya dibawa pulang, kakinya masih dalam keadaan dirantai, memberi banyak informasi tentang kemungkinan penyebab kematiannya oleh kebrutalan polisi China
Seorang penulis terkemuka Uighur Nurmuhammad Tohti, dilaporkan telah meninggal hari Rabu, setelah ditahan di kamp “pendidikan ulang” China yang sangat kontroversial yang dikecam oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia, tulis media.
Tohti (berusia 70 tahun), telah ditahan di sebuah ‘kamp cuci otak’ sejak bulan November 2018 hingga Maret 2019, lapor The Guardian., cucu Tohti mengatakan ia tidak diberi perawatan meski memiliki penyakit diabetes dan jantung.
Dia dibebaskan dari penjara yang diklaim China sebagai ‘Kamp Pendidikan Ulang’ yang terkenal setelah dia “lumpuh” karena kondisi medisnya, tulis putrinya di Facebook, dan keluarga Tohti takut untuk membuat informasi publik karena takut ikut ditahan.
Cucu Toti lainnya,  Berna Ilchi, bersuara kepada Voice of America bahwa mereka tidak yakin apakah Tohti meninggal di dalam kamp atau di rumah, karena kekhawatiran keluarganya di China untuk berbicara di telepon karena disadap pejabat China.
“Yang benar adalah bahwa mereka menempatkan seorang pria berusia 70 tahun dengan diabetes dan penyakit jantung di dalam kamp konsentrasi dan mereka tidak dapat menyangkal hal ini,” kata Berna Ilchi kepada penyiar Amerika itu.

Uighurtimes menulis, 70 hari sebelum meninggal, Tohti dibawa ke ‘Kamp Konsentrasi’ oleh polisi China dan mendapat serangan jantung tepat setelah penahanan. Namun, dokter di kamp itu mengabaikan kondisi kesehatannya selama 70 hari hanya membuatnya mati perlahan dalam kesakitan dan penderitaan, katanya.
Ketika tubuhnya dibawa pulang, kakinya masih dalam keadaan dirantai, memberi banyak informasi tentang kemungkinan penyebab kematiannya oleh kebrutalan polisi ketika dalam kondisi sakit parah.
Cucunya Babur Ilchi mengatakan bahwa neneknya memberi tahu dia berita tentang kematian itu, yang membuatnya bermasalah dengan Rezim Tiongkok yang dikenal represif.
“Tak lama setelah panggilan itu, nenek saya menerima pesan dari pemerintah China mengatakan bahwa dia telah menjawab panggilan asing dan bahwa itu adalah keputusan yang berbahaya. Apa yang dia lakukan selain memberi tahu kami bahwa dia telah meninggal? Mengapa itu harus menemui konsekuensi? ” tulisnya di Istagram.
“Dia adalah penulis yang disegani; tidak ada hubungan dengan terorisme, yang oleh pemerintah Tiongkok diklaim sebagai kamp konsentrasi yang diperangi. Dia pantas mendapatkan yang lebih baik, dan begitu pula JUTAAN (Muslim) Uighur yang menderita di kamp-kamp ini.”
Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan sekitar satu juta Muslim – kebanyakan etnis Muslim Uighur, tetapi juga Kazakh dan etnis minoritas lainnya – ditahan di kamp-kamp interniran di seluruh provinsi.
Beijing mengklaim bahwa kamp-kamp tahanan di Xinjiang adalah “pusat pelatihan kejuruan” untuk menjauhkan orang dari ekstremisme dan re-integrasi, di wilayah yang dilanda kekerasan yang dituding dilakukan oleh separatis Uighur atau kelompok Islam.
“Perlakuan tidak berperikemanusiaan yang dilaporkan di kamp-kamp interniran adalah sebuah ilustrasi serius tentang beratnya pelanggaran kebebasan berekspresi Tiongkok,” kata Summer Lopez, Direktur Free Expression Programs di PEN America. “Kematian Tohti adalah kerugian yang tragis bagi komunitas sastra Uyghur, pada saat pemerintah berusaha menghapuskan kehidupan budaya dan intelektual mereka,” kutip Voice of America.
Tohti lahir di Desa Tawakkul, Kabupaten Khotan pada Desember 1949. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah di Kota Khotan, ia menjadi petani. Selama 1973-1977, ia belajar matematika di “Universitas Xinjiang” (di Ibu Kota Turkistan Timur) dan mengajar di Khoten Normal College. Dia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Partai Komunis Tiongkok di wilayah Khotan dan penulis profesional di Serikat Penulis Xinjiang (Persatuan Penulis Turkistan Timur).
Tohti mulai menulis tahun 1984, dan menghasilkan karyanya berkualitas tinggi, terdiri dari lima cerita panjang, 50+ cerita, sekitar 30 buah investigasi dan memoar, dengan membangun gaya sastra pribadi yang kaya bahasa Uighur dan deskripsi realistis, tulis Uighurtimes.
Dalam artikel wawancaranya, ia memperkenalkan wirausahawan, politisi, dan intelektual Uighur terkemuka kepada pembaca Uighur untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka. Tidak hanya secara realistis mencatat sisi negatif dari kehidupan Uighur dalam cerita-ceritanya; tetapi juga menulis tentang kisah-kisah positif untuk mendorong orang untuk memiliki kepercayaan pada kemanusiaan.
Gayanya yang unik dalam jurnalisme membuatnya diterima dengan baik di kalangan pembaca Uighur. *
Rep: Cholis Akbar
Editor: Cholis Akbar
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com dan Segera Update aplikasi hidcom untuk Android . Install/Update Aplikasi Hidcom Android Anda Sekarang !