Pada hari itu nanti, ada orang-orang yang akan menyesal. Siapa, mengapa dan apa yang mereka sesalkan? Jawaban spontan mungkin, bahwa yang menyesal ialah mereka orang-orang yang sewaktu di dunia tidak percaya akan adanya hari pembalasan alias mereka orang-orang kafir.. Bahkan mereka mengingkari adanya kehidupan sesudah kematian. Jawaban itu memang sudah betul, tapi belum lengkap. Karena sebenarnya, bukan hanya mereka itu saja yang menyesal, bahkan orang-orang yang percaya akan adanya hari pembalasan (beriman) pun akan menyesal. Mengapa demikian?
Karena mengapa hanya sedikit itu saja amal saleh yang mereka lakukan, padahal begini besarnya ganjaran pahala yang diberikan oleh Allah Subhanahu wata'ala pada hari pembalasan nanti, nyesal …lagi lagi menyesal! Kemudian pertanyaan berikutnya, lalu apa yang mereka sesalkan?
Karena mengapa hanya sedikit itu saja amal saleh yang mereka lakukan, padahal begini besarnya ganjaran pahala yang diberikan oleh Allah Subhanahu wata'ala pada hari pembalasan nanti, nyesal …lagi lagi menyesal! Kemudian pertanyaan berikutnya, lalu apa yang mereka sesalkan?
Imam Thabrani dalam Hadis Hasan Shahihnya pernah menulis sepenggal kisah tentang surga. Surga digambarkan mempunyai tingkatan-tingkatan yang luasnya seluas langit dan bumi.
Suatu kali, setetes minyak wangi harum dari seorang penduduk surga yang berada di atas jatuh menetes ke surga yang ada di bawahnya. Kejadian itu menghebohkan seisi surga yang ada di bawah. Pasalnya, aroma harum dari setetes minyak harum tersebut mengalahkan wangi-wangian seisi jagad di surga bawah itu. Penduduk surga yang ada di bawah bertanya-tanya, dari manakah wangi harum itu? Semerbak wangi yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Suatu kali, setetes minyak wangi harum dari seorang penduduk surga yang berada di atas jatuh menetes ke surga yang ada di bawahnya. Kejadian itu menghebohkan seisi surga yang ada di bawah. Pasalnya, aroma harum dari setetes minyak harum tersebut mengalahkan wangi-wangian seisi jagad di surga bawah itu. Penduduk surga yang ada di bawah bertanya-tanya, dari manakah wangi harum itu? Semerbak wangi yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Dijawablah oleh malaikat penjaga surga, aroma yang sangat harum itu berasal dari tetesan minyak wangi dari seorang penduduk surga yang tinggal di atas mereka. Penduduk surga bawah itu pun makin penasaran, apa yang membuat orang tersebut bisa memasuki surga yang ada di atasnya? Betapa mulianya orang itu, hingga ditempatkan di surga yang ada di bagian atas.
Malaikat pun menjawab. Amal ibadah si pemilik parfum itu pada dasarnya sama dengan orang-orang yang ada di surga bagian bawah. "Namun bedanya, si pemilik parfum itu memiliki zikir yang lebih banyak dari engkau sebanyak satu kali. Maka ia pun ditempatkan di surga yang lebih tinggi," lanjut malaikat itu.
Saat itu, penyesalanlah yang meliputi penduduk surga yang di bawah. Mereka menyesal, mengapa sewaktu di dunia mereka menyia-nyiakan waktu. Andaikan saja, mereka mau lebih banyak untuk berzikir dan beribadah, tentu mereka bisa ditempatkan di surga yang lebih tinggi.
Di Akhirat, penyesalan tidak hanya datang dari penghuni neraka saja. Hadis Riwayat Thabrani ini membuktikan, penduduk surga sekalipun akan menyesali diri di dalam surga. Mereka menyesal, mengapa tidak menyibukkan diri dengan ibadah.
Mereka menyesal tidak disibukkan dengan urusan-urusan akhirat, kerja-kerja positif, ibadah, serta hal-hal kebaikan. Mereka beranggapan, mereka telah meremehkan akhirat yang saat itu mereka rasakan betapa besar nilainya.
Hadis ini juga menunjukkan, betapa besar nilai sebuah zikir di hadapan Allah dan mendapat ganjaran yang besar. Dalam hadis lain disebutkan, "Ada dua kalimat yang ringan di lidah, tapi berat timbangannya (di Akhirat). Kalimat itu adalah, 'subhanallahi wabihamdihi' dan subhanallahil 'azhimi'." (HR Bukhari
Alangkah baiknya, alangkah beruntungnya, jika sekiranya selama hidup di dunia hanya kebaikan saja yang aku kerjakan. Tapi tentu hal semcam itu mustahil atau sulit kita lakukan secara penuh, mengingat kita hidup bersama orang lain yang kehadiran mereka, perilaku mereka berefek tentunya pada kita, dan sedikit banyak pasti akan ikut mewarnai irama hidup kita juga, termasuk sikap dan perilaku serta amal ibadah kita…Jangan sampai menyesal!
Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada lagi jalan atau cara bagi kita untuk berbuat baik sebanyak-banyaknya dan berusaha sekuat-kuat tenaga untuk menjauhi berbuat maksiat dan kejahatan. Kita harus menyadari, bahwa bukan hanya syetan yang mengajak kita pada kemaksiatan tapi juga diri kita sendiri yaitu hawa nafsu. Dunia memang sangat dahsyat pengaruh dan tipu dayanya pada kehidupan manusia, pada kehidupan kita. Tapi jangan juga menyalahkan dunia, syetan dan hawa nafsu, sebab kita sudah dibekali akal pikiran dan hati untuk menimbang mana yang baik dan mana yang buruk. Tidak hanya itu, manusia siapa-pun sudah diberi tuntunan dan pedoman hidup yang amat sempurna dan lengkap, yaitu Dinul Islam. Jangan salahkan siapa-siapa bila di hari itu nanti, anda, saya dan kita semua dicampakkan ke tempat yang sangat tidak kita harapkan, yaitu Neraka.
Memang Islam datang untuk menyelamatkan manusia dunia dan akhirat, akan tetapi di antara manusia ada yang menerimanya dengan sepenuh jiwa dan raganya dan menjadikannya sebagai jalan hidupnya, jalan keselamatan. Tetapi ada orang atau manusia (munafik) yang dengan sombongnya mengingkari kebenaran agama yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad Sallallahu’alaihi wasallam. Oleh karena itu Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 26-27 sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Rabb mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan:”Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan oleh Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberinya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, [26]. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi”.[27] (QS.Al-Baqarah:26-27).
Siapakah yang merugi? Mereka itulah orang-orang yang merugi, yang mengingkari kebenaran ajaran Islam. Mereka itu, bisa orang-orang yang mengaku Islam tetapi sebenarnya mereka bukan muslim, mereka itulah orang-orang munafik, (dan apalagi orang kafir) dan sudah pasti mereka akan menyesal nanti pada hari pembalasan. Mereka menganggap remeh dan mengolok-olok ayat-ayat Allah karena menurut mereka tidak pantas Allah Yang Maha Mulia membuat perumpamaan semacam itu, sehingga dalam ayat di atas, mereka (orang kafir) bertanya, ‘Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?‘. Padahal kalau mereka atau manusia mau memikirkan, bahwa dengan perumpamaan itu banyak orang yang diselamatkan oleh Allah karena mendapat petunjuk-Nya, dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang disesatkan oleh Allah. Dan tidak ada yang disesatkan oleh Allah kecuali orang-orang yang fasik.
Sungguh Allah sama sekali tidak merasa malu dengan perumpamaan-perumpamaan yang dibuat-Nya. Karena sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu dan sesungguhnya Dia pulalah yang mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuan serta apa manfaat dan mudharatnya bagi manusia.
Saudaraku, oleh karenanya adar kita tidak menyesal di akhirat nanti, maka bersegeralah benahi diri kita, perbanyak mengingat Allah dengan zikir-zikir dan amal ibadah lainnya seperti terutama sholat fardu lima waktu, jangan sampai persiapan bekal kita belum cukup ajal sudah datang menjemput kita, na'udzubillahi mindzalik. Wallahu a'lam bishowab'
Hadaanallah waiyyakum ajma'in
Wassalamu'alaikum arhmatullahi wabarakatuh
Saudaraku, oleh karenanya adar kita tidak menyesal di akhirat nanti, maka bersegeralah benahi diri kita, perbanyak mengingat Allah dengan zikir-zikir dan amal ibadah lainnya seperti terutama sholat fardu lima waktu, jangan sampai persiapan bekal kita belum cukup ajal sudah datang menjemput kita, na'udzubillahi mindzalik. Wallahu a'lam bishowab'
Hadaanallah waiyyakum ajma'in
Wassalamu'alaikum arhmatullahi wabarakatuh