expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

17/07/2021

SURGA YANG (TAK BERHAK) DIRINDUKAN


Jakarta - 

Dalam sebuah khutbah Jumat pekan terakhir November lalu, dari atas mimbar sang khotib melontarkan sebuah pertanyaan tentang apa yang bisa membawa manusia masuk surga. Pertanyaan tersebut dijawab sendiri oleh sang khotib secara tidak langsung dengan mengutip sejumlah hadits.

Pertama, ada cerita tentang seorang yang merasa sudah memiliki banyak amal sholeh. Dengan amalan sholeh yang banyak itu dia merasa pantas dan berhak masuk surga. Malaikat kemudian mengambil salah satu matanya untuk ditimbang dengan amal kebaikan yang sudah dia lakukan. Ternyata amal kebaikan yang dia banggakan belum bisa mengimbangi beratnya sebuah mata karunia Allah SWT.

Baca juga:Teladan 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Surga, Bisa Jadi Cerita Anak Islami

Kisah kedua adalah cerita yang begitu populer yakni seorang pezina bisa masuk surga karena ampunan dan rahmat Allah SWT. Kisah ini diabadikan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ada seorang wanita pezina mendapatkan ampunan. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya dipinggir sumur karena kahausan. Anjing ini hampir saja mati kehausan, (melihat ini) si wanita pezina itu kemudian melepas sepatunya lalu mengikatnya dengan penutup kepalanya lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya itu dia mendapatkan ampunan dari Allâh Azza wa Jalla."

Menurut Khotib, hadits ini shahih. Kisah dalam hadits di atas, kata sang khotib menjadi satu pengingat bahwa tak ada satu pun manusia yang tahu bakal seperti apa akhir hayatnya. Apakah akan Husnul Khotimah atau Su'ul Khotimah. Sehingga sebagai umat Islam, tidak boleh merasa diri paling banyak beramal sholeh lalu menganggap rendah orang lain. Sebab bisa jadi orang yang kita anggap rendah, tidak beriman saat ini justru mendapat hidayah kemudian menjadi orang beriman di akhir hayatnya dan memperoleh ampunan dari Allah SWT. Dia pun bisa masuk surga karena ampunan dan rahmat Allah SWT.

Syekh Nawawi Al Bantani dalam Kitab Maraqi Al-'Ubudiyyah mengutip sebuah hadits yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada Mu'adz bin Ma'dan. Disebutkan dalam hadits tersebut bahwa sesungguhnya Allah SWT menciptakan tujuh malaikat sebelum menciptakan langit dan bumi.

Tujuh malaikat itu ditugaskan untuk menjaga tujuh pintu langit. Malaikat pencatat amal manusia harus melewati tujuh pintu itu untuk melaporkan amal perbuatan manusia kepada Allah SWT. Setiap amal manusia yang dibawa malaikat pencatat amal akan diperiksa dulu di pintu-pintu langit itu.

Di pintu pertama, amal hamba yang sholeh namun suka ghibah tak akan lolos. Di pintu berikutnya, hamba yang sholeh namun ternyata hanya menginginkan gemerlapnya dunia tak akan bisa lolos. Amalan seorang hamba yang sholeh, suka sedekah, puasa dan amalan baik lainnya namun memiliki sifat takabur tak akan lolos di pintu ketiga.

Di pintu langit selanjutnya, amalan seorang hamba yang bersinar karena gemar dzikir, bertasbih dalam puasanya, sholat, haji dan umroh namun memiliki sikap ujub atau berbangga diri akan ditolak untuk dibawa kepada Allah SWT. Amalan seorang hamba yang suka berjihad, menunaikan haji dan umroh namun memiliki sifat dengki tidak akan lolos di pintu langit kelima.


Dari pintu kelima, malaikat kemudian menuju langit ke-enam membawa amalan seorang hamba yang wudhunya sempurna, sholat tertib, puasa, haji dan umroh. Namun di sini amalan hamba tersebut ditolak karena selama hidupnya tidak memiliki rasa kasih sayang kepada sesama ciptaan Allah SWT.

Malaikat naik lagi ke langit berikutnya membawa amalan seorang hamba yang suka berinfaq, puasa, sholat juga jihad. Namun di sini malaikat penjaga melihat bahwa hamba pemilik amal tersebut tidak ikhlas dan memiliki sifat riya. Dia selalu ingin disebut dalam setiap majelis, merasa lebih tinggi dari orang lain dan menginginkan kemuliaan di hadapan para pembesar. Maka amalannya pun ditolak sebab Allah tidak akan menerima amalan orang yang riya'.


Malaikat pencatat amal kemudian naik membawa amalan seorang hamba berupa sholat, zakat, puasa, haji, umroh, akhlak mulia, tidak suka bicara yang tidak berguna, gemar berzikir kepada Allah SWT. Seluruh tujuh malaikat mengantar amalan tersebut hingga terbuka hijab menuju Allah SWT.

Amalan tersebut kemudian dilaporkan kepada Allah SWT. Namun amalan hamba tersebut ditolak. Penyebabnya karena ternyata hamba tersebut beramal tidak ikhlas untuk Allah SWT semata. Allah SWT maha mengetahui segala rahasia yang tersembunyi.

Mendengar penjelasan Rasulullah SAW tersebut, Mu'adz menangis tersedu-sedu. "Wahai Rasulullah, bagaimana caranya agar aku bisa selamat?"

Rasulullah SAW bersabda, "wahai Mu'adz, jika ada kekurangan dalam ibadahmu, maka jagalah lisanmu dari menjelekkan orang lain dan saudara-saudaramu para penghafal Al-Quran. Ingatlah pada diri sendiri ketika engka ingin menjelekkan orang lain sehingga engkau menyadari bahwa engkau juga memiliki aib. Jangan menyucikan dirimu dengan mencela saudaramu, janganlah engkau mengangkat derajatmu dengan merendahkan derajat saudaramu, janganlah engkau memamerkan amalanmu supaya engkau dikenal orang lain."

Di pengujung Khutbah Jumat pertama, sang khotib kembali mengingatkan jamaah agar tidak membanggakan amalannya untuk merendahkan saudara-saudaranya. Sebab bisa jadi orang yang kita rendahkan, nantinya justru mendapat rahmat dan mulia di sisi Allah SWT.

Sang khotib mengajak jamaah untuk meluruskan lagi niat ibadah, ikhlas hanya untuk Allah SWT. Bukan, bukan dan bukan surga yang berhak dirindukan, tetapi rahmat dan Ampunan Allah SWT yang kita harapkan.

Berdoa kita agar senantiasa mendapat rahmat dari Allah SWT serta terhindar dari aneka penyakit hati dengan amalan doa Surat Ali Imran ayat 8.


رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚاِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ

Artinya:

(Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi."

Erwin Dariyanto

Sumber : news.detik.com