expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

08/06/2021

KENAPA UMAT KRISTEN MENYUKAI DOKTRIN PENEBUSAN DOSA? | Bagian Kelima

Sebagai pengingat singkat, dalam empat bagian terakhir dari serial ini kita telah membahas tentang ayat Yohanes 3:16, "Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia memberikan Anaknya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadanya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Berikut ini topik-topik yang dibahas dalam empat artikel sebelumnya:


1) Kitab suci umat Kristen yang dikenal sebagai ‘Yohanes’ hampir dipastikan tidak ditulis oleh murid Yesus yang bernama Yohanes; (Silahkan klik link berikut untuk membaca artikelnya: Siapakah yang Menulis Kitab-kitab Bibel Sebenarnya?).

2) Dalam Yohanes 3:16, sebagaimana dalam ayat-ayat lain dalam Bibel, penerjemah Bibel secara tidak jujur menggunakan huruf besar pada kata 'dia' untuk membuat Yesus terlihat seakan-akan seperti Tuhan; (Silahkan klik link berikut untuk membaca artikelnya: Bukti Bahwa Para Penerjemah Bibel Tidak Jujur).

3) Karena ayat-ayat Bibel tidak konsisten dan tidak terpercaya, maka ia tidak memenuhi persyaratan untuk dianggap sebagai kitab suci; (Silahkan klik link berikut untuk membaca artikelnya: Bukti-bukti Bahwa Bibel Tidak Bisa Dipercaya).

4) Ideologi dasar (penyaliban, kebangkitan, dan penebusan dosa) begitu cacat sehingga kita tidak bisa mempercayakan keselamatan kita pada Yohanes 3:16, atau, dalam hal ini, pada Bibel secara keseluruhan. (Silahkan klik link berikut untuk membaca artikelnya: Menganalisis Doktrin-doktrin dalam Kekristenan).

Dan hal ini membawa kita kepada diskusi tentang mengapa orang-orang Kristen mempercayai Yohanes 3:16, sedangkan begitu banyak bukti yang bertentangan dengannya. Fakta sederhana dari masalah ini adalah bahwa Yohanes 3:16 menarik bagi orang-orang Kristen, terlepas dari apakah ayat ini benar atau tidak. Dalam bagian sebelumnya dari seri ini, saya membahas hanya sebagian kesalahan dari konsep penebusan dosa dan pengorbanan Yesus. Sekarang, mari kita kesampingkan argumen yang masuk akal (bahwa pengampunan tidak memiliki harga; bahwa satu orang tidak bisa menebus dosa orang lain; bahwa jika Tuhan ingin, Dia bisa mengampuni manusia tanpa perlu penebusan dan pengorbanan, dll). Ternyata jika kita membaca Bibel, Tuhan berfirman bahwa dia tidak menginginkan pengorbanan. Matius 9:13 dan 12: 7 berbunyi “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan pengorbanan.” Jadi, mau berargumen apa lagi? Bahwa Tuhan membutuhkan pengorbanan yang Ia bahkan tidak menginginkannya? Dengan begitu, konsep penebusan dosa ini sangat bermasalah.


Ada banyak alasan lain mengapa kita tidak seharusnya mempercayai Yohanes 3:16, dan salah satu alasan terbaik bukanlah bahwa kita tidak bisa mempercayai Yohanes 3:16, melainkan karena kita tidak bisa meyakini ayat apapun dalam ‘Gospel menurut Yohanes.” Fakta yang pertama adalah, tak seorang pun yang tahu siapa yang menulis ‘Gospel Yohanes.' The Jesus Seminar menganalisis kata-kata yang diduga diucapkan Yesus dalam Gospel Yohanes dan tidak dapat menemukan satu kata pun yang dapat dipastikan pernah diucapkan Yesus di dalamnya. Sebagian besar kata yang dikaitkan dengan Yesus dalam Keempat Gospel ternyata adalah hasil kreasi dari para penulis Gospel itu sendiri. "[I] Yang jadi pertanyaan, mengapa para penulis Gospel melakukan hal seperti itu? Kita diberitahu alasannya sebagai berikut: "Para pengikut Yesus cenderung mengadaptasi dan menyesuaikan kata-kata Yesus sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. Hal ini menyebabkan mereka menciptakan penceritaan berdasarkan pengalaman mereka sendiri, di mana mereka memasukkan Yesus sebagai tokoh otoritas. "[Ii] The Jesus Seminar mendokumentasikan ratusan contoh dalam kitab-kitab Bibel, termasuk kasus-kasus di mana “para pengikut Yesus mendengar kata-kata yang diucapkan Yesus, kemudian mereka menceritakannya dengan pemahaman dan perumpamaan mereka sendiri, yang kemudian mereka katakan bahwa hal itu berasal dari Yesus. "[iii]


Hal ini tidak hanya mendiskreditkan Yohanes 3:16, bahkan hal ini mendiskreditkan keseluruhan isi dari Gospel 'Yohanes.' Ditambah lagi, Bibel dipenuhi dengan kontradiksi, sehingga bagaimana kita bisa tahu apa yang benar dan apa yang tidak – dalam ayat manapun di dalam Bibel?

Seperti pepatah kata lama, “peluit tidak membuat kereta berjalan.” Orang Kristen mungkin menyukai bunyi dari ayat Yohanes 3:16, tapi itu tidak membuatnya benar. Bahkan, semakin kita memeriksa ayatnya, semakin kita menemukan alasan untuk mendiskreditkan ayat itu.

Pepatah lama yang lain berkata bahwa umpan menyembunyikan kait pancing. Yohanes 3:16 adalah umpan, dimana para misionaris Kristen berharap untuk menarik orang-orang  untuk masuk ke dalam agama Kristen, tanpa mempedulikan kebenaran ayat itu. Mereka memberitahu kita bahwa Tuhan memberikan "anak-Nya yang tunggal," tanpa dengan kritis menganalisis konsep ini. Jika Yesus adalah "anak tunggal Tuhan," mengapa Mazmur 2: 7 mengatakan hal ini kepada Daud: "Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini." Yesus adalah satu-satunya anak Tuhan (anak Tuhan),  namun Daud juga merupakan anak Tuhan?" Bagaimana mungkin Yesus dapat dikatakan sebagai anak tunggal (satu-satunya anak) Tuhan sementara Daud juga dikatakan sebagai anak Tuhan?

Bibel menjelaskan banyak orang, Israel dan Adam termasuk di dalamnya, sebagai “anak-anak Tuhan.” 2 Samuel 7: 13-14  berbunyi "Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku." Dan 1 Tawarikh 22:10 berbunyi, "Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan dialah yang akan menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi Bapanya. "

Dalam Bibel, kata "anak tunggal" diterjemahkan dari kata monogenes  dari bahasa Yunani kuno. [Iv] Ishak juga disebut sebagai monogenes (anak tunggal) dalam Ibrani 11:17. [V] Ismail lahir empat belas tahun sebelum Ishak, dan keduanya masih hidup ketika ayah mereka, Abraham, telah meninggal dunia. Tidak pernah sekalipun Ishak menjadi "anak tunggal” Abraham. Jadi apakah kata monogenes (anak tunggal) salah diterjemahkan, atau apakah Ibrani 11:17 adalah ayat yang mengandung kesalahan? Jika itu adalah kesalahan penerjemahan, maka Yohanes 3:16 seharusnya juga salah diterjemahkan. Jika itu adalah kesalahan ayatnya, maka kita tidak bisa mempercayai Bibel secara keseluruhan (yang sudah saya tegaskan berkali-kali dalam artikel-artikel yang saya tulis).

George Pettie pernah menyampaikan pepatah lama, "Melakukan kesalahan adalah sifat manusiawi, memaafkan adalah sifat ilahi." Kemudian dia menambahkan, “dan mempertahankan kesalahan, adalah sifat binatang.” Tapi sikap dari orang-orang yang egois adalah, “Aku punya Roh Kudus dalam diriku sehingga tidak mungkin berbuat salah." Ayat Yohanes 3:16 terlihat ofensif untuk banyak alasan, salah satunya adalah karena fakta bahwa ayat ini salah. Di sisi lain, ayat ini terlihat seperti argumen dari para pengacara ketika mereka mendebat bukti-bukti dan fakta di pengadilan sedangkan klien mereka adalah seorang koruptor yang jahat, dan jika perlu, mereka akan berteriak untuk memenangkan perdebatan.

Jika saya diizinkan untuk mengutip perkataan Voltaire: “Keraguan bukanlah kondisi yang menyenangkan, tapi merasa yakin sedangkan bukti-bukti yang menentangnya ada di hadapan kita adalah sikap yang benar-benar tidak masuk akal.”

Meskipun bukti-bukti yang ada menunjukkan kesalahan dan kebohongan dari Yohanes 3:16, kebanyakan orang Kristen tidak mau mengakui kesalahan dari ayat tersebut. Dan mungkin orang-orang non-Kristen yang harus menerima itu.

Matius 5: 9 mencatat bahwa Yesus pernah berkata, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." Jadi mungkin kita harus melupakan untuk mencoba memenangkan perdebatan ini, dan memilih berdamai atasnya. Jika kita tidak bisa bersatu dalam hal keimanan, mari setidaknya kita bersatu pada kebaikan dan perbuatan-perbuatan baik. Mari kita menjadi "pembawa damai yang berbahagia" yang disebut sebagai “anak-anak Allah.” Kemudian, mari kita tunjukkan bahwa ayat ini adalah satu ayat lagi yang bertentangan dengan konsep Yohanes 3: 16 tentang "Yesus satu-satunya anak Allah." Kita bisa berdamai, tapi di saat yang sama harus terus menyampaikan kebenaran. Dan hal itu, bagi saya, adalah elemen penting dalam dialog agama apapun: Tetap sopan dan santun, namun tetap fokus.

Analisis Terhadap Ayat Yohanes 3: 16