expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

12/02/2021

UMAT ISLAM WAJIB WASPADA - HIDAYATULLAH.COM



Hidayatullah.com | DUNIA mengalami perkembangan informasi yang semakit cepat. Sekarang, nyaris tidak ada berita yang tersembunyi di kolong langit ini. Semuanya serba terbuka,  transparan dan cepat.

Jika dahulu mendengar berita harus menunggu Koran pagi hari atau siaran langsung wartawan TV, saat ini sudah tidak lagi. Bahkan sekarang, masyarakat sudah menjadi wartawan untuk dirinya dan orang lain.

Dengan teknologi digital, orang bisa mengirim laporan langsung dengan handphone dari tempat kejadian. Entah demonstrasi, musibah, kecelakaan, sampai penjambretan sekalipun. Yang tidak kalah menarik, sumber-sumber dari warganet ini kemudian menjadi rujukan televisi. Ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Semua dapat dinikmati dalam waktu yang begitu cepatnya. Ya, sekat dunia sudah terbuka

Kemudahan-kemudahan seperti ini harus kita syukuri dengan meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian. Kita harus tetap memiliki kepribadian, Isyhadu bi anna Muslimun.

Karakteristik kita sebagai seorang Muslim tidak boleh lepas begitu saja. Kemajuan zaman boleh berjalan, tapi kepribadian harus tetap jelas meski waktu dan rezim bergonta-ganti. Tegas.

Prinsip harus tetap utuh, kendatipun di samping kita tumbuh dunia yang semakin gemerlap, tidak boleh membuat kita oleng. Tujuannya, agar kita tidak lepas kontrol.

Tidak sedikit orang mudah kehilangan kendali. Secara sengaja atau tidak, setelah mendapatkan kemudahan demi kemudahan semakin menggelincirkannya ke tepi jurang.

Tidak sedikit akibat fasilitas dan kondisi yang bermunculan di samping kanan kirinya mudah membelokkan sikapnya yang dulu lurus dan stabil. Ini adalah bentuk lain dari pada ketertipuan akibat perkembangan.

Baca: Sinyal Dajjal di Era Digital

Wajib waspada

Kaum Muslimin wajib waspada terhadap semua perkembangan yang ada. Jangan sampai kemajuan zaman menyeret kita ke dalam jebakan-jebakan yang digelar ‘musuh baru’,  kaum kafir dan munafik yang tumbuh di era millenium ini.

Tidak mustahil di tengah hiruk-pikuk dan kericuhan informasi yang ada mereka bermaksud menjadikan kita lengah terhadap nasib kaum Muslimin di seluruh dunia. Akhirnya kita kehilangan identitas diri dan terlepas dari saudara-saudara kita di seluruh dunia.

Ketidakjelasan kita membuat kita semakin tak berdaya pada diri sendiri bahkan termasuk terlepas dan hubungan dengan saudara kita di dunia lain.  Kita putus hubungan dan tak tahu lagi nasib saudara-saudara kita di Palestina, Aljazair, Kashmir, Afganistan, atau tetangga kita Muslim Moro

Nasib kita yang serba dalam kondisi menyedihkan ini dihibur oleh berbagai sajian yang menggoda, yang membuat kaum Muslimin terlena. Pandangan mata dialihkan sama sekali hanya untuk menyaksikan sebuah peristiwa yang bagi perjuangan Islam sama sekali tidak ada kaitannya.

Belajarlah dari Bosnia

Kita harus belajar dari kisah pahit di Bosnia. Ingatlah, Islam mencapai Bosnia melalui penaklukan Khilafah Utsmaniyyah  tahun 1463. Islam lalu menyebar melalui konversi penduduk Slavia setempat.

Namun, terlepas dari lebih dari 400 tahun pemerintahan Utsmaniyyah, Islam sudah tidak pernah sepenuhnya mendominasi kehidupan religius Bosnia. Negara ini kemudian berbagi dengan Ortodoks dan Kristen Katolik dan komunitas kecil Yahudi.

”Setidaknya empat agama berbeda telah dipraktikkan di Bosnia selama berabad-abad,” jelas Jusuf Ziga, seorang profesor ilmu politik di Universitas Sarajevo

Ketika Austria-Hongaria berhasil mengusir Utsmaniyyah dari Bosnia dan Herzegovina pada abad ke-19, negara itu jatuh di bawah kekuasaan monarki Danubian. Akibatnya, Bosnia terputus dari dunia Islam, berakibat kaum Muslim Bosnia mulai mencari identitas mereka sendiri dalam konteks yang didominasi Kristen dan Eropa.

Baca: Mengenal 7 Pengikut Dajjal di Akhir Zaman

Pencarian identitas ini mendapatkan kekuatan baru pada akhir abad ke-20, menyusul perubahan dramatis pada lanskap politik dan ideologis. Fenemona ini membuat  banyak Muslim meninggalkan praktik keagamaan dan menganggap Muslim sebagai identitas etnis, bukan lagi agama.

Singkat kata, dunia mencatat adanya  sejarah kelam, terjadinya pembantaian etnis Bosnia di tahun 1995. Dalam pernyataan pada tanggal 23 September 2008 kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Dr. Haris Silajdžić,  ketua delegasi Bosnia dan Herzegovina pada Sidang Majelis Umum PBB ke-63, mengatakan bahwa “menurut data ICRC, ada 200.000 orang tewas, 12.000 dari mereka anak-anak, hingga 50.000 wanita diperkosa, dan 2,2 juta terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Sejarah seperti ini jangan membuat kita menjadi pelupa. Apa yang membuat kita terpuruk di bawah kaki sejarah karena kesalahan kita sendiri.

Kita sering mengalir begitu saja mengikuti jebakan-jebakan yang digelar oleh musuh. Termasuk dalam hal ini jebakan-jebakan informasi.

Punya jati diri

Kita mestinya tidak lagi mudah dipermainkan dan menjadi obyek terus-. Tetapi tidak mungkin hal itu bisa kita lakukan kalau kita tidak memiliki jati diri lagi. Kepribadian kita mesti kuat, tidak mudah terombang-ambingkan oleh keadaan.

Kapan kita bisa bersikap tegas, ketika orang lain menggiring kita untuk berkata “ya” padahal kenyataan yang terjadi sebenarnya “tidak”? Orang-orang yang tidak senang dengan kita selalu hendak menjadikan kita bulan-bulanan dan permainan. Dan peluang untuk itu selalu diintipnya setiap saat.

لَقَدِ ٱبْتَغَوُا۟ ٱلْفِتْنَةَ مِن قَبْلُ وَقَلَّبُوا۟ لَكَ ٱلْأُمُورَ حَتَّىٰ جَآءَ ٱلْحَقُّ وَظَهَرَ أَمْرُ ٱللَّهِ وَهُمْ كَٰرِهُونَ

“Sesungguhnya dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur berbagai tipu daya untuk (merusakkan)mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah), dan menanglah agama Allah, padahal mereka tidak menyukai.” (QS: At-Taubah: 48).

Keterangan Allah pada kelompok yang tidak menyukai kaum Muslimin sudah jelas. Bahwa mereka memang akan dikalahkan. Dan itu pasti karena ini kabar dari Allah.Kalau sudah jelas begitu mengapa kaum Muslimin harus selalu terbawa oleh arus yang menjebak itu?

Baca: FPI, Televisi dan Dajjalisme Informasi

Hindari Informasi sampah

Saat ini kita hidup di tengah maraknya informasi sampah yang berseliweran di depan. Setiap hari bertambah menggunung.

Sebagian besar orang terkemas dalam berita-berita berkatagori sampah. Dampak dari arus informasi global yang bercita-rasa sampah itu membuat dada kita semakin sesak, hidup terasa sempit.

Orang seolah berlomba saling adu cepat melempar apa saja menyangkut lembaga, perusahaan, pribadi, sampai kepada negara dan pemerintahan, wadah-wadah hiburan, hotel, tempat rekreasi dst.

Gampangnya, informasi dari yang maslahat sampai subhat, semua dihidangkan dalam satu piring bernama dunia. Manusia sebagai menyaji sekaligus yang menikmatai hidangan itu.

Kita kaum Muslimin harus pandai-pandai memilih dan mengambil manfaat tanpa harus menelan semua. Orang sering takut kalah gengsi sehingga kendati itu racun dianggapnya madu. Rasulullah ﷺ bersabda:

أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ))

“Demi Allah, bukanlah kemelaratan yang aku takuti bila menimpa kalian, tetapi yang kutakuti adalah bila dilapangkannya dunia bagimu sebagaimana pernah diluangkan (dimudahkan) bagi orang-orang yang sebelum kalian, lalu kalian saling berlomba sebagaimana mereka berlomba, lalu kalian dibinasakan olehnya sebagaimana mereka dibinasakan.” (HR Ahmad, 1100 Hadits hal 202).

Kehancuran kaum Muslimin, dalam sejarah kejayaannya, selalu dimulai dari keterlenaannya terhadap dunia. Kala Rasulullah ﷺ masih hidup, kasus ini sudah terjadi, ketika 50 pasukan pemanah Islam yang bertugas di Bukit Uhud beramai-ramai turun berebut harta rampasan (ghanimah). Pada saat itu mereka begitu mudah dijepit pasukan lawan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid.

Baca: Akhir Zaman, Ditandai Memburu Dunia dan Menjual Akhirat 

Karenanya, Rasulullah ࿚  telah menjelaskan tentang keadaan dunia sekaligus memperingatkan ummatnya dari fitnahnya.

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: ((إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ))

“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kalian pemimpin padanya. Lalu Dia akan melihat bagaimana amalan kalian. Maka takutlah kalian dari fitnahnya dunia dan takutlah kalian dari fitnahnya wanita.” (HR. Muslim no.2742).

Di tengah banyaknya informasi yang semakin tidak membuat hati kita tenang dan tidak menambah iman, kita harus memiliki ketegasan dalam bersikap. Setidaknya, singkirkan media sampah, yang hanya menjauhkan kita dari ketakwaan. Cukuplah Al-Quran, Sunnah, perkataan ulama dan media yang hanya membawa diri dan keluarga kita untuk tetap dekat dengan Allah dan rasulnya. Selain itu, abaikan saja.

Di zaman informasi, kran kemudahan-kemudahan akan terus dibuka seluas-luasnya. Bila tidak berhati-hati mengendalikan dan memanfaatkannya, kita malah akan terjebak pada kerusakan dan kehancuran. Bila demikian maka impian kejayaan yang sama kita rindukan tidak akan pernah terwujud. * (Tabloid Al-Qolam, Edisi : 33/VII, 08 Jumadil Akhir 1418)

Sumber : www.hidayatullah.com