expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

17/01/2021

KECERDASAN YANG HAKIKI



Oleh: Muhammad Syafii Kudo

Hidayatullah.com | TIDAK bisa dipungkiri bahwa kita sekarang hidup di akhir zaman yang penuh dengan gulita fitnah yang melanda hampir segala sendi kehidupan. Baik itu dari sisi agama maupun keduniawiahan.

Manusia dibuat bingung dengan segala isme dan pemikiran-pemikiran baru yang kian banyak berlawanan dengan akidah Islam.  Pemikiran-pemikiran itu dikamuflasekan sebagai gambaran kecerdasan yang khas dari zaman ini. Namun sejatinya dalam kacamata Islam hal itu merupakan kemunduran cara berfikir bahkan untuk bahasa yang lebih kasar yang demikian itu merupakan bentuk kebodohan (kejahiliyahan).

Tentu terlalu banyak contoh kasus yang bisa kita ambil. Namun satu benang merah yang bisa kita tarik dari semua itu adalah siapa yang jalan hidup dan cara berfikirnya bersesuaian dengan aturan Allah Swt maka dia masuk kategori orang cerdas, dan sebaliknya siapa yang berbeda jalan hidup dan cara berfikirnya dengan hukum Ilahi maka dia pasti orang bodoh.

Dalam kesempatan ini penulis ingin membahas satu masalah yang sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan kita namun sering kali luput dalam pandangan, yakni seputar masalah kulit dan apa yang terkait dengannya. Mengapa ini penting diketengahkan, sebab perihal kulit ini ternyata memiliki peluang fitnah yang besar. Terutama di zaman akhir ini.

Di dalam ilmu kedokteran dijelaskan bahwa organ manusia yang terbesar (terluas) adalah kulit dengan luas sekitar 2 meter persegi atau 15 persen dari berat total tubuh manusia dan berat mencapai kurang lebih 3 kg. Fungsi kulit sendiri sangat banyak, mulai dari menjaga suhu tubuh, sebagai indra peraba, melindungi tubuh, menggerakkan otot, alat ekskresi, dan membantu proses sintesis vitamin D.

Berbagai fungsi kulit tersebut tentu merupakan anugerah dari Allah Swt yang harus kita jaga dan syukuri. Kita harus merawatnya dengan semestinya sesuai dengan aturan yang sudah digariskan oleh penciptaNya. Dengan kata lain harus dirawat sesuai dengan fitrah dari kulit itu sendiri.

Kini sudah banyak kita dapati berbagai produk perawatan kulit mulai dari pelembab, pemutih, penghalus dsj. Semua itu sebagian besar merupakan produk yang diciptakan khusus bagi kaum hawa. Karena wanita memang makhluk yang fitrahnya suka bersolek.

Dan masalah berangkat dari sini. Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa mayoritas produk pemanjaan kepada kulit manusia bertujuan untuk komersialisasi serta de-privatisasi tubuh wanita. Kulit yang di dalam Islam merupakan aurat yang harus ditutup kepada non mahram oleh para musuh Islam hendak dirubah fungsinya.

Wanita sebagai target dari produk-produk perawatan kulit “dididik” oleh para kapitalis agar mau menuruti kehendak mereka. Melalui berbagai majalah bertema wanita, kecantikan, juga iklan dan film, kaum hawa dicuci otaknya.

Kulit wanita yang fitrahnya adalah aurat dengan beberapa pengecualian, didekonstruksi fungsinya oleh para kapitalis. Kini kulit wanita digambarkan tak lebih dari organ tubuh yang berfungsi sebagai “media” kecantikan belaka. Kulit wanita dijadikan sebagai “baliho bergerak” untuk menawarkan produk kecantikan para kapitalis. Dan sudah tentu semua itu memiliki rukum utama yakni harus dengan membuka aurat.

Jika wanita ingin dianggap cantik maka dia harus memiliki kulit putih, mulus, glowing, dan yang paling penting adalah harus ditampilkan kepada publik. Itulah ajaran para kapitalis yang hampir disepakati secara mutlak oleh seluruh wanita di seluruh dunia hari ini.

Ini jelas sangat bertentangan dengan aturan Allah Swt yang menjadikan fitrah kulit harus ditutup dengan baik. Dan sekali lagi orang yang jalan hidupnya bertentangan dengan aturan Allah Swt maka dia dianggap bodoh dalam pandangan Islam. Termasuk dalam hal ini adalah mereka yang membuka auratnya.

Di dalam Kitab Syifau’s Saqim Fi Ahadis Munqidhul Adziem halaman 9 dalam hadits urutan yang ke-6 yang disusun oleh Al Habib Muhammad bin Abdullah Al Haddar disebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Naim Ra. yang menjelaskan bahwasannya Rasulullah ﷺ Wassalam bersabda,

ابن آدم أطَعۡ رَبَّك تُسمّی عَاقلاً ولا تعصِهِ فتسمی جاهلا

ً“Wahai anak Adam taatlah kalian kepada Tuhan kalian (Allah) maka kalian akan disebut sebagai orang yang berakal dan jangan kalian bermaksiat kepada Allah maka kalian akan disebut sebagai orang yang bodoh.” (HR. Abu Naim).

Sesuai hadis tersebut berarti orang yang menutup kulitnya (aurat) adalah orang yang berakal karena sudah patuh kepada perintah Tuhannya. Dan sebaliknya mereka yang mengumbar aurat maka mereka adalah orang yang tidak berakal dalam pandangan Islam.

Di dalam Al Quran Allah Swt berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا

“Sesungguhnya, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. An-Nisa: 56).

Ayat itu menjelaskan secara gamblang bahwa indra manusia yang merasakan sakit berada pada kulit, dan jika kulit dibuang maka manusia akan kehilangan  indra rasa sakit.  Fakta ilmiah ini baru diketahui oleh para dokter saat perang dunia ke-2 (1939-1945 M), ketika mereka mengamati para prajurit yang terluka parah saat pertempuran yang mengakibatkan kulit terkelupas, para prajurit hanya merasa kesakitan saat cidera.

Namun setelah kulit terkelupas rasa sakit itu hilang. Para dokter berkesimpulan bahwa hal ini terjadi dikarenakan matinya urat-urat saraf kulit, dimana di situ adalah pusat partikel rasa sakit yang tidak terdapat pada organ lain. (Dr. Zaghloul El Naggar; Sekitar Ayat-Ayat Kosmos dalam Al Qur’anul Karim Jilid 1 halaman 46).

Penjelasan ilmiah tersebut adalah bukti bahwa Al Qur’an adalah kitab suci yang sempurna dalam menjelaskan alam semesta ini baik dalam tataran makrokosmos maupun mikrokosmos. Dan Al Qur’an 14 abad yang lampau telah mendahului para ahli sains dan kedokteran modern dalam menjelaskan perihal fungsi kulit tersebut.

Akal yang tunduk pada wahyu akhirnya makin mengakui bahwa Allah lah pencipta semesta ini.  Dan bagi orang yang berakal tentu akan paham mengapa mereka harus taat kepada aturan Allah Swt termasuk dalam masalah menutup aurat (kulit). Karena sang maha pencipta yang paling tahu akan ciptaanNya tentu juga akan menyertakan buku panduan bagaimana cara manusia mengatur apa yang sudah diciptakanNya.

Bahaya Saksi Bisu

وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَاءُ اللَّهِ إِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ (١٩) حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٢۰) وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (٢١) وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلا أَبْصَارُكُمْ وَلا جُلُودُكُمْ وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ (٢٢) وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ(٢٣)

“Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan (semuanya). Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka atas apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka, “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada yang pertama kali dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”(QS. Fushilat : 19-23).

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwasannya kulit akan menjadi saksi di hadapan pengadilan Allah Swt kelak di akhirat. Kulit sebagai indra peraba dan perasa akan menjadi saksi bersama indera pendengaran, dan indera penglihatan.

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahim, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Qadim, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Ubaid Al-Maktab, dari Asy-Sya’bi, dari Anas ibnu Malik r.a. yang menceritakan bahwa pada suatu hari Rasulullah ﷺ kelihatan tertawa dan tersenyum, lalu beliau ﷺ bersabda, “Tidakkah kalian menanyakan kepadaku mengapa aku tertawa?” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tertawa?” Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Aku merasa heran dengan bantahan yang dilakukan oleh seseorang hamba terhadap Tuhannya di hari kiamat. Hamba itu berkata, “Ya Tuhanku, bukankah Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan aniaya terhadap diriku?-” Tuhan menjawab, “Benar.” Hamba itu berkata, “Sesungguhnya aku tidak mau menerima saksi terhadap diriku kecuali dari pihakku.” Maka Allah Swt. berkata, “Bukankah sudah cukup Aku sebagai Saksi (mu) dan para malaikat yang mulia juru tulis amal perbuatan?” Ini diulangi berkali-kali. Kemudian dikuncilah mulut si hamba itu dan berkatalah semua anggota tubuhnya, menceritakan apa yang telah diperbuatnya (selama di dunia). Maka si hamba itu berkata (kepada semua anggota tubuhnya), “Celaka dan siallah kalian semua, dahulu aku membelamu.”

Merawat semua angota tubuh agar nampak bagus dan cantik adalah sesuatu yang baik selama masih dalam koridor syariat.  Namun akan menjadi petaka manakala fisik yang dibela mati-matian itu ternyata kelak malah menjadi saksi pemberat kita di hadapan mahkamah pengadilan akhirat.

Kenapa bisa menjadi saksi pemberat, karena disebabkan salah jalan dalam merawat tubuh selama di dunia. Kulit yang harusnya ditutup malah diumbar ke publik demi mendapat pujian sebagai yang paling cantik dsj. Padahal mereka sejatinya hanya dijadikan sebagai objek pemuas mata lelaki dan komoditas penambah pundi keuangan para kapitalis.

Ingat bahwa kulit adalah organ tubuh paling luas (besar) dalam susunan fisik manusia. Jadi semakin lebar kita membuka dan menyentuhkan kulit kepada non mahram maka semakin banyak pula saksi pemberat kita di hadapan mahkamah ilahi kelak.

Artinya dengan membuka aurat sejatinya kita sedang mempersiapkan kehancuran kita sendiri. Bisa dikatakan pula bahwa dengan membuka aurat artinya kita sedang dan akan menganiaya diri kita sendiri dengan senang hati, dan ini adalah sebuah kebodohan hakiki.

Merawat mati-matian dengan biaya besar untuk sesuatu yang kelak menjadi musuh kita adalah sebuah bentuk kebodohan paling tidak wajar.

Kulit yang dimanja sedemikian rupa sejatinya adalah makanan belatung di dalam kuburan dan musuh di akhirat. Dan ironisnya manusia di akhir zaman terutama kaum hawa membuang banyak uangnya untuk calon makanan belatung dan musuh di akhirat tersebut.

Sungguh benar firman Allah Swt yang menyatakan bahwa,

“Maka Allah sekali-kali tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri.” (QS: Ar Ruum: 9).

Dan dan sungguh logis hadis Nabi di atas yang menyatakan bahwa orang berakal adalah mereka yang taat pada Tuhannya dan sebaliknya orang bodoh adalah mereka yang membangkang pada aturan Allah Swt.  Karena orang berakal adalah mereka yang lebih memilih keselamatan abadi daripada kesenangan sementara yang semu yang menjadi tujuan hidup orang-orang bodoh.

Walhasil kulit yang kini membungkus seluruh tubuh manusia adalah sebuah saksi bisu yang patut diwaspadai. Dia adalah bahaya senyap yang sedang memata-matai manusia.

Dia sedang bekerja tiap detiknya untuk membuat laporan yang detail guna disampaikan kepada Alllah Swt kelak. Maka waspadalah. Wallahu A’lam Bis Showab.*

Santri Kulliyah Dirosah Islamiyah Pandaan Pasuruan

Sumber : www.hidayatullah.com