expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

20/10/2020

PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM ENAM MASA

Gambar 1. Ilustrasi. (portalastronomico.com)
Gambar 1. Ilustrasi. (portalastronomico.com)


dakwatuna.com – “Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya [27] Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya [28] dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang [29] Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya [30] Ia memancarkan dari padanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya [31] Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh [32] (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu [33]” (QS. An-Nazi’at: 27-33)

Dari sejumlah ayat Al-Quran yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 tersebut dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga dapat diuraikan sebagai berikut:

Masa I (Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya [27]): penciptaan langit pertama kali.

Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big bang”, kira-kira 13,7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah adanya radiasi kosmik di langit yang berasal dari semua arah. Big bang adalah awal penciptaan ruang, waktu, dan materi. Materi awal Hidrogen. Hidrogen menjadi bahan pembentuk bintang, dalam bahasa Al-Quran disebut dukhan. Awan hidrogen itu berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, mulailah terjadi reaksi nuklir yang membentuk Helium. Reaksi nuklir inilah yang menjadi sumber energi bintang dengan mengikuti persamaan [E = mc2]. besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan selisih massa (m) Hidrogen dan Helium.

Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub bakal bintang itu (protostar), menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, selimut gas yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk planet-planet. Awan Hidrogen dan bintang-bintang terbentuk dalam kumpulan besar yang disebut galaksi (Gambar 2).

Di alam semesta galaksi sangat banyak membentuk struktur filamen (untaian) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi (Gambar 3).

Gambar 2. Galaksi yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya. (NASA / solarviews.com)
Gambar 2. Galaksi yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya. (NASA / solarviews.com)
Gambar 3. Struktur filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas. (nasa.gov)
Gambar 3. Struktur filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas. (nasa.gov)

Masa II (Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya [28]): pengembangan dan penyempurnaan.

Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan “menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” ditafsirkan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dengan kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh satu sama lain (Gambar 4).

Gambar 4. Model roti kismis untuk menggambarkan mengembangnya alam semesta.
Gambar 4. Model roti kismis untuk menggambarkan mengembangnya alam semesta.

Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang (seperti meledaknya bom), melainkan proses pengembangan ruang alam semesta secara cepat.

Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses evolusi yang terus berlangsung. Kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Penyempurnaan alam terus berlangsung.

Masa III (Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang [29): pembentukan tata surya termasuk bumi.

Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya sama dengan proses pembentukan bintang umumnya, dari dukhan, walau sudah tidak murni Hidrogen lagi.

Masa IV (bumi sesudah itu dihamparkan-Nya [30]): Evolusi Bumi.

Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi yang kemudian terpisah-pisah menjadi beberapa benua.

Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.

Gambar 5. Daratan Pangaea yang merupakan asal mula semua daratan di Bumi. (University of Washington / astronet.ru).
Gambar 5. Daratan Pangaea yang merupakan asal mula semua daratan di Bumi. (University of Washington / astronet.ru).

Masa V (Ia memancarkan dari padanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya [31]): pengiriman air ke Bumi melalui komet

Ayat ini menceritakan mulai adanya air di bumi dan makhluk hidup yang pertama adalah tumbuhan. Air di bumi, berdasarkan kajian astronomi tidak dihasilkan sendiri oleh bumi, tetapi berasal dari komet yang menumbuk Bumi. Hal ini dibuktikan dari rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.

Gambar 6. Ilustrasi komet yang membawa unsur hidrogen sebagai pembentuk air di Bumi (astronomy.nmsu.edu).
Gambar 6. Ilustrasi komet yang membawa unsur hidrogen sebagai pembentuk air di Bumi (astronomy.nmsu.edu).

Masa VI (Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh [32] (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu [33]): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia

Dalam ayat 32 di atas, disebutkan “…gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan lautan air, dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana dalam suatu. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.

Gambar 7. Gunung sebagai pasak bumi (lagomaggioreferien.com)
Gambar 7. Gunung sebagai pasak bumi (lagomaggioreferien.com)

Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, “Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.

Demikianlah penafsiran enam masa penciptaan alam dalam Al-Quran, sejak kemunculan alam semesta hingga terciptanya manusia. Wallahu a’lam bishshawab. (dakwatuna.com/hdn)