expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

27/06/2020

ALLAH PASTI MEMENANGKAN KHILAFAH


Sesungguhnya seluruh manusia sejak awal dinyatakan oleh Allah SWT sebagai Kholifah fil Ardy (Kholifah di muka bumi) untuk mengatur isi bumi ini tanpa penyimpangan dari ajaran Penciptanya yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana; demi kemaslahatan makhluk yang diciptakanNya.


Untuk mendapatkan ajaran langsung dari Allah SWT demi tugas kekholifahannya, maka Allah mengangkat di antara Kholifah-Kholifah itu/salah seorang diantara mereka sebagai Nabi yang dimulai dari Nabi Adam as itu sendiri demi menjelaskan; bahwa tidak ada Ilah yang boleh disembah selain daripada Allah (Laa Ilaaha illalloh). Maka hidup sementara di muka bumi ini hanyalah untuk beribadah kepadaNya semata dengan cara mempraktekkan ajaranNya sepanjang kemampuan dalam kehidupan nyata.

Sebelum ajaran Nya sempurna apabila seorang Nabi wafat maka secara bergiliran para Kholifah diangkat menjadi Nabi sehingga ajaran Allah itu sempurna; dan berakhirlah pada kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sebagai Rosulullah akhir zaman dan penutup Kenabian. Maka telah sempurnalah ajaran Allah seraya Allah berfirman :
“… pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu…”. (QS. Al Maidah (5) : 3).
Di zaman Nabi, umat dipimpin oleh Nabi di bawah Sistem Kenabian dan setelah Nabi berakhir maka kepemimpinan umat kembali kepada salah seorang diantara Kholifah itu di bawah Sistem Kekholifahan. Maka Nabi SAW bersabda “Khilafah ala minhajin Nubuwwah”.
Nabi SAW bersabda, “Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, Beliau diam”. [HR. Imam Ahmad] Hadis diatas diriwayatkan Ahmad, 4/273, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 5)
Sejarah telah membuktikan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW wafat kepemimpinan dilanjutkan oleh para Kholifah secara bergiliran dalam waktu yang cukup panjang. Maka kepemimpinan umat sampai akhir zaman dalam rangka mempersatukan mereka haruslah seorang Kholifah; bukan Jin bukan pula Malaikat.
Kepemimpinan dimaksud harus tetap diwujudkan karena tanpa kepemimpinan ajaran mustahil dapat dilaksanakan secara baik dan benar. Khilafah ala minhajin Nubuwwah itu sebenarnya eksis selama 30 tahun  oleh Al Khulafaul Rasyiduna Al Mahdiyyun menurut keterangan hadits lalu dilanjutkan oleh Mulkan Adhon dan Mulkan Jabariyyah namun mereka tetap menyatakan diri sebagai Kholifah yang berakhir di Kekholifahan Turki pada tahun 1924 M; baru setelah berakhirnya Mulkan Jabariyyah akan timbul kembali lagi Khilafah Ala Minhajin Nubuwwah.
Karena bersatu (berjamaah) itu wajib diwujudkan melalui Sistem Khilafah maka tanpa seorang Kholifah umat Islam secara keseluruhan tidak mungkin dapat disatukan dengan cara lain. Demikian perintah Allah dan RasulNya maka dapat disimpulkan bahwa Allah pasti akan memenangkan Kekholifahan kembali cepat ataupun lambat setelah kekalahannya di Kekholifahan Turki Utsmani pada tahun 1924 M.
Pada kenyataannya umat Islam sampai saat ini tetap dalam Firqoh-firqoh (bergolong-golongan) yang dikarang sendiri oleh orang-orang tertentu atas nama kelompok Islam yang sukar dipersatukan sehingga masing-masing bangga dengan apa yang ada pada golongannya sendiri, sebagaimana telah Allah gambarkan di dalam Qur’an surat Qs. Ar Ruum: 31-32 :
“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (musyrik), yaitu orang-orang yang memecah-belah Dien (agama) mereka dan mereka menjadi beberapa golongan, tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”.
Maka demi tercapainya umat meraih Izzatul Islam wal Muslimin menuju penyempurnaan pelaksanaan ajaran Allah dan RasulNya marilah kita memulai kembali Kekholifahan menyongsong kemenangan yang dijanjikan Allah dan pasti Allah menangkan sebagaimana Allah telah memenangkan Anshor dan Muhajirin serta para penerusnya di masa lalu. Wallahu a’lam