expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

03/05/2020

SEGERALAH BERAMAL SEBELUM DATANGNYA ENAM PERKARA


Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Segeralah beramal sebelum datang enam perkara: Dajjal, Dukhan, Daabbah, terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya, perkara masyarakat umum, dan perkara pribadi salah seorang di antara kalian.”

Penjelasan
Hadits ini mengajarkan salah satu rambu-rambu yang penting dalam kajian tanda-tanda kiamat. Yaitu kewajiban mempersiapkan diri untuk menghadapi kiamat degnan iman dan amal shalih, sebelum kiamat datang secara tiba-tiba, agar tidak mengalami penyesalan yang tiada guna lagi. Hal ini diajarkan oleh banyak hadits yang diawali dengan kalimat ‘bersegeralah!’. Bahkan hal ini merupakan tujuan pokok penyebutan tanda-tanda kiamat. Hadits di atas mengisyaratkan bahwa perkara-perkara besar tersebut terjadi secara tiba-tiba tanpa didahului oleh pertanda-pertanda yang jelas. Hal itu menuntut setiap muslim untuk senantiasa bersiaga, sehingga tidak dikejutkan olehnya. Perintah ‘bersegera’ dalam hadits di atas merupakan perintah untuk cepat-cepat bertaubat dan anjuran untuk beramal shalih, sebelum mengalami halangan-halangan dan keadaan-keadaan yang menyulitkannya untuk beramal.
Orang yang mengkaji keadaan generasi shahabat akan mendapati mereka begitu meresapi pelajaran ini. Mereka selalu menyiapkan diri dan mencari tahu di setiap waktu, karena khawatir akan dikejutkan oleh peristiwa-peristiwa yang besar di atas.
Dari Nadhr berkata: “Suatu ketika pada masa Anas bin Malik terjadi kabut gelap, maka aku mendatangi Anas dan bertanya kepadanya: “Wahai Abu Hamzah, apakah hal seperti ini pernah menimpa kalian pada zaman Rasulullah SAW?” Dia menjawab, “Kami berlindung kepada Allah! Dahulu jika bertiup angin kencang, kami bersegera ke masjid karena khawatir kiamat telah terjadi.”
Riwayat ini secara tegas menunjukkan tingkat pembinaan keimanan dan kesiapan jiwa yang selalu waspada menghadapi kiamat atau pertanda-pertanda besar kiamat pada generasi shahabat. Bahkan hadits pertama dari Huzaifah bin Asid menunjukkan kekawatiran dan kewaspadaan tersebut telah mencapai puncaknya, sampai-sampai Rasulullah SAW perlu menerangkan mereka bahwa kiamat tidak akan terjadi sebelum kemunculan sepuluh pertanda tersebut. Jika para shahabat yang masih jauh dari kiamat saja begini keadaan mereka, bagaimana lagi dengan (seharusnya) sikap kita yang semakin dekat dengan kiamat atau tanda-tanda terbesar permulaannya?
Hadits di atas menyebutkan lafal ‘enam’. Hal itu mengisyaratkan bahwa enam perkara tersebut merupakan bencana-bencana yang sangat besar.
Hadits di atas memuat empat pertanda terbesar kiamat, yaitu Dajjal, Dukhan, Daabah, dan terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya. Hadits-hadits yang lain menerangkan bahwa jika salah satu dari keempat hal tersebut telah terjadi, maka taubat atau keimanan seseorang yang sebelumnya tidak beriman tidak memberi manfaat sedikit pun. Perintah segera beriman dan beramal shalih menunjukkan bahwa keempat hal tersebut sudah dekat, dan sekaligus mengingatkan bahwa ia terjadi saat manusia sedang lalai.
Maksud dari ‘perkara masyarakat umum’ adalah terjadinya kiamat itu sendiri. Adapun maksud dari ‘perkara pribadi salah seorang di antara kalian adalah kematiannya. Barangsiapa mati, maka kiamat telah terjadi pada dirinya.