Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Beruntunglah orang yang mengenal Allah bahwa Dia tuhan yang berhak diibadahi kecuali hanya Dia semata. Inilah nikmat teragung yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya.
Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata,
ما أنعم الله على عبد من العباد نعمة أعظم من أن عرَّفهم "لا إله إلا الله
“Tidaklah Allah memberikan nikmat kepada seorang hamba dari para hamba-Nya yang lebih agung daripada Dia kenalkan kepadanya Laa Ilaaha Illallaah (Tiada tuhan selain Allah).” (Kalimat Ikhlash, Ibnu Rajab: 52)
Adapun seseorang yang meninggal dunia dalam kondisi mengenal tauhid maka ia akan masuk surga.
Dari Utsman Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersadba,
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Siapa meninggal dunia sementara dia mengetahu bahwa tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah pasti masuk surga.” (HR. Muslim)
Dalam haidts lain,
مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثُم مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنة
“Tidaklah seorang hamba mengucapkan Laa Illa Illallah kemudian ia meninggal dunia di atas ucapan itu kecuali pasti masuk surga.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Dzar Radhiyallahu 'Anhu)
Dari Mu’ad bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya Laa Ilaaha Illallaah pasti masuk surga.” (HR. Abu Dawud, dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Miyhkah al-Mashabiih: 1/509)
Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menerangkan keutamaan kalimat tauhid “لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ”. Bahwa siapa yang akhir ucapannya di dunia ini adalah لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُmaka ia akan masuk surga.
Dianjurkanbagi seseorang untuk menjadikan kalimat ini sebagai ucapan terakhirnya saat mengalami kondisi genting yang ‘berujung’ kematian -semisal para penumpang Lion Air JT 610 saat detik-detik jatuhnya pesawat-. Juga pada tempat-tempat yang dikhawatirkan dirinya akan meninggal seperti saat akan tidur.
Jangan dipahami bahwa kalimat ini pasti menetralkan seluruh kedzalimannya; baik kepada dirinya (maksiat-maksiatnya) atau kepada orang lain. Bahwa orang meninggal dengan membawa kalimat ini pasti akan masuk surga setelah diputuskan urusan di antara hamba dan setelah dibayarkan hak-hak orang yang didzalimi.
Karenanya seorang muslim dianjurkan untuk menjaga ucapan lisannya dari ucapan batil. Lisannya dibiasakan mengucapkan kalimat yang baik. Demikian pula perbuatannya; berusaha melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Di antaranya senantiasa berdzikir dengan kalimat ini sehingga Allah memberi taufiq kepadanya untuk mengucapkan kalimat ini saat wafatnya.
Al-‘Allamah al-Shan’ani rahimahullah berkata,
ولا يوفق لقولها إلا من كانت أعماله صالحة من قبل ذلك
“Tidak akan mendapat taufiq untuk mengucapkannya (Laa Ilaaha Illallaah) kecuali orang yang perbuatannya adalah amal-amal shalih sebelum itu.” (Syarh al-Jaami’ al-Shaghiir: 10/367)
Anjuran Mentalqin dengan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Dianjurkan mentalqin orang yang akan meninggal dengan ucapan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ agar kalimat ini menjadi kalimat terakhir yang diucapkannya. Dengan sebab ini ia akan mendapatkan keberuntungan besar dan kabar gembira yang agung ini.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ
“Talqinlah orang meninggalkan kalian dengan Laa Ilaaha Illallaah.” (HR. Muslim)
Syaikh al-Albani rahimahullah berkata,
والمراد بـ (موتاكم) من حضره الموت، لأنه لا يزال في دار التكليف، ومن الممكن أن يستفيد من تلقينه فيتذكر الشهادة ويقولها، فيكون من أهل الجنة
“Maksud (مَوْتَاكُمْ) adalah orang yang akan meninggal dunia, karena ia masih berada dalam masa taklif. Mungkin saja ia mengambil manfaat dari talqinnya itu sehingga ia teringat syahadat dan mengucapkannya sehingga ia manjadi penghuni surga.” (Silsilah al-Ahadits al-Shahihah: 1/838)
Imam al-Anawawi RA, berkata:
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَالْأَمْرُ بِهَذَا التَّلْقِينِ أَمْرُ نَدْبٍ وَأَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى هَذَا التَّلْقِينِ وَكَرِهُوا الْإِكْثَارَ عَلَيْهِ وَالْمُوَالَاةَ لِئَلَّا يَضْجَرَ بِضِيقِ حَالِهِ وَشِدَّةِ كَرْبِهِ فَيَكْرَهُ ذَلِكَ بِقَلْبِهِ وَيَتَكَلَّمُ بِمَا لَا يَلِيقُ قَالُوا وَإِذَا قَالَهُ مَرَّةً لَا يُكَرِّرُ عَلَيْهِ إِلَّا أَنْ يَتَكَلَّمَ بَعْدَهُ بِكَلَامٍ آخَرَ فَيُعَادُ التَّعْرِيضُ بِهِ لِيَكُونَ آخِرَ كَلَامِهِ
“Siapa yang akhir ucapannya Laa Ilaaha Illallaah pasti masuk surga. Perintah talqin ini adalah perintah Sunnah. Para ulama berijma’ atas talqin ini. Mereka tidak menyukai untuk menambah banyak kalimat talqin dan berulang-ulang agar tidak memberatkan dirinya yang dalam kondisi sulit dan rasa sakitnya yang sangat berat sehingga hatinya tidak menyukai talqin itu dan berucap dengan ucapan yang tidak layak. Mereka berkata: apabila ia mengucapkannya sekali maka tidak diulang-ulang padanya kecuali ia berbicara dengan ucapan lain sehingga diulangi talqin sehingga ucapan itu menjadi akhir ucapannya.” (Syarh Nawawi ‘Ala Muslim: 6/219)
JIka ia seorang muslim maka cukup ditalqin dengan ucapan Laa Ilaaha Illallaah tanpa menambahkan syahadat Muhammad Rasulullaah. Berbeda jika ia orang kafir, maka harus dengan ucapan syahadat yang sempurna.
Bagi yang masuk Islam dengan mengucapkan syahadat tauhid lalu meninggal dunia saat itu juga, padahal belum beramal shalih sedikitpun selain syahadat tadi, maka ia berhak masuk surga.
Sesungguhnya surga itu disediakan bagi orang-orang yang bertauhid. Siapa yang meninggal tanpa membawa tauhid maka tidak ada tempat baginya di surga, sebanyak apapun amal baiknya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sumber : voa-islam.com