expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

20/12/2019

MENANTI KEHANCURAN AMERIKA DAN EROPA (SEBUAH PENGANTAR)


Buku seri akhir zaman terbaru karya : Abu Fatiah Al Adnani dan Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah
Apabila di masa lampau, permusuhan Barat terhadap Islam dan kaum muslimin hanya berwujud dalam satu bentuk, yaitu perang fisik salibiyah (Crusades) yang berlangsung selama 200 tahun, maka pada masa-masa setelahnya hingga hari ini dan bahkan hingga masa-masa mendatang, permusuhan Barat memencar di dalam berbagai bentuk dan dalam segala bidang kehidupan, membuka jari-jemarinya menjangkau segala bagian yang ada.

Untuk meruntuhkan Daulah Utsmaniyyah yang saat itu menjadi benteng pembela dan penegak Islam yang menyatukan seluruh dunia Islam, bangsa-bangsa Nasrani Barat telah melancarkan berbagai makar dan konspirasi selama 6 abad. Selama masa lebih dari 150 tahun (1103-1256 H = 1695-1839 M), Barat beramai-ramai mengeroyok Daulah Utsmaniyah, dipimpin oleh empat negara super power dunia saat itu, yaitu Inggris, Perancis, Rusia, dan Autria. Usaha untuk mencabik-cabik dan meruntuhkan menara Islam ini akhirnya berhasil, melalui adu domba Daulah Utsmaniyah dengan bangsa Arab pada Perang Dunia I. Perang yang berakhir dengan perjanjian Versailles 1919 M itu, membagi-bagi wilayah kekuasaan Daulah Utsmaniyah untuk negara-negara dan mengizinkan tentara Sekutu menduduki Istambul.
Di samping melancarkan peperangan selama 6 abad melawan Daulah Utsmaniyah, Barat juga melancarkan peperangan kepada Islam dan kaum muslimin melalui 5 jurus maut, yaitu:
  1. Orientalisme, yaitu usaha-usaha pengkajian dan penelitian terhadap Islam dan kaum muslimin, dengan tujuan menghancurkan Islam dari dalam.
  2. Kristenisasi. Barat menjadikan koloniaslime dan imperalisme sebagai kendaraan awal bagi pengkristenan dan pemurtadan kaum muslimin. Setelah kaum imperialis Barat berhasil diusir dari dunia Islam, kristenisasi tetap dijalankan dan bahkan semakin intensif.
  3. Kolonialisme dan imperalisme, dengan bergerak di lapangan politik penjajahan dan perebutan monopoli ekonomi. Inggris, Perancis, Spanyol, Portugis, Austria, Belanda, Italia, Rusia dan negara-negara Barat lainnya menjajah wilayah dunia Islam merampas harta kekayaannya, memperbudak dan memperbodohi kaum muslimin selama tak kurang dari 350 tahun.
  4. Imperialisme kebudayaan, sejak dari paham sekulerisme sampai kepada paham atheisme dan komunisme, sejak dari paham kapitalisme liberal sampai kepada paham sosialisme. Budaya dan gaya hidup yang lepas dari tuntunan syariat, akal sehat, dan fitrah yang lurus diekspor secara halus dan paksaan, agar diadopsi oleh dunia islam.
  5. Zionisme. Melalui bantuan Inggris, Perancis, Amerika, dan Rusia kaum Yahudi akhirnya merampas bumi Palestina dari tangan kaum muslimin, dan mendirikan negara Israel.
Kelima jurus maut Barat ini sampai saat ini tetap dipertahankan dan bahkan kuantitas dan kualitasnya senantiasa ditingkatkan Permusuhan Barat yang merepresentasikan peradaban Yahudi, Nasrani, komunis, dan paganis, terhadap dunia Islam ternyata tidak pernah surut. Justru, semakin hari semakin bertambah tebal, kuat, dan ganas. Apa yang saat ini mereka sebut sebagai ‘Perang Melawan Terorisme Global’, juga invasi militer ke Afghanistan dan Irak, hanya semakin mengkuatkan kebenaran dan kepastian realita ‘benturan antara kebenaran dan kebatilan’ yang telah ditegaskan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Perang dan permusuhan dunia Barat terhadap Islam dan kaum muslimin memang telah, sedang, dan akan senantiasa berlangsung. Baik duniua Barat diwakili oleh satu pihak maupun oleh banyak pihak, karena sejatinya kekafiran itu adalah agama yang satu.
Uni soviet yang mengusung komunisme memang telah runtuh. Amerika Serikat yang memimpin sekutu-sekutunya dari Eropa Barat, Australia, Jepang, dan Korea Selatan kini muncul sebagai satu-satunya negara super power dunia. Dengan kekuatan militer, politik, ekonomi, dan budaya yang dimilikinya, Amerika tampil mengangkangi segala negara dan lembaga di dunia, tak terkecuali PBB. Dengan leluasa, Amerika bisa melanggar peraturan PBB, tanpa ada seorang pun dan sebuah negara pun yang bisa mencegah dan menghukumnya.
Francis Fukuyama menyebutnya sebagai sebuah akhir dari evolusi sejarah. Perjalanan sejarah, menurutnya, kini telah berakhir dengan kemenangan demokrasi sebagai ideologi politik dan kapitalisme liberal sebagai ideologi ekonomi.
Benarkah demikian? Klaim Fukuyama ternyata banyak ditentang oleh para ilmuwan dan tokoh barat sendiri. Bernard Lewis dan Samuel Huntington memandang bahwa ‘clash of civilizations’ benturan peradaban (baca: pertarungan antara kebenaran dan kebatilan) akan tetap berlangsung. Setelah komunisme runtuh, musuh Barat berikutnya adalah Islam. Perbedaan yang mendasar antara ideologi, sejarah, dan karakteristik peradaban Islam dengan Barat, merupakan penyebab utama ditempatkannya Islam sebagai ‘musuh’ dari peradaban Barat.
Dari sini, perang melawan Islam dan kaum muslimin yang dikemas secara sistematis dan teorganisir dalam sandi ‘perang melawan terorisme global’ pun dicanangkan oleh AS dan diamini oleh lebih dari 95% negara anggota PBB, tak terkecuali sebagian besar negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Umat Islam yang ingin hidup berdasar Al-Qur’an dan As-Sunnah, diberi stempel ‘fundamentalis Islam’ dan ‘teroris Islam’ yang harus diburu dan dimusnahkan. Afghanistan dan Irak menjadi korban pertama umat Islam dari kebrutalan Barat.
Dalam suasana yang memprihatinkan seperti ini, banyak umat Islam sendiri yang merasa pesimis dengan masa depan Islam. Abad XV Hijriyah yang beberapa dekade sebelumnya diprediksikan oleh banyak tokoh Barat dan Islam sebagai masa kebangkitan Islam, Ash-Shahwah Al-Islamiyyah, akankah berakhir dengan tragis dan memilukan? Tidak adakah secercah harapan untuk kebangkitan umat Islam? Haruskah umat Islam mengekor dan menyerah kalah kepada Barat, dengan menerima demokrasi, kapitalisme, dan liberalisme secara bulat, sebagaimana yang telah dilakukan oleh sebagian kaum muslimin yang telah ter-Baratkan?
Berbeda dengan segelintir umat Islam yang pesimis tersebut, buku ini mempaparkan fakta dan harapan yang sebaliknya. Buku ini menguatkan keyakinan para tokoh umat Islam sebelumnya, seperti Syaikh Abul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadawi, Sayud Qutub, Muhammad Qutub, Abdullah Azzam, dan banyak tokoh muslim lainnya. Keyakinan mereka akan masa depan Islam yang gemilang dan tampilnya Islam di panggung sejarah sebagai rahmatan lil-‘alamin, bukanlah sebuah utopia belaka. Keyakinan ini tumbuh dari nash-nash Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menegaskan akan kembali berjayanya Islam dengan memimpin seluruh dunia, dan realitas peradaban Barat yang kini tengah sempoyongan.
Dalam buku ini, Penulis memaparkan fakta-fakta terbaru secara jelas dan rinci tentang kondisi proses kerusakan yang tengah dihadapi oleh Amerika dan sekutu-sekutunya dalam segala lini kehidupan. Sebuah penjelasan yang sangat memuaskan, tak terbantahkan, dan dibenarkan oleh para tokoh dan ilmuwan Amerika dan Eropa sendiri. Dikuatkan oleh banyak ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih keyakinan bahwa kemenangan Islam akan segera tiba, nampaknya sudah dipelupuk mata. Islam, secara pasti, akan mampu memenangkan benturan peradaban melawan super power kebatilan itu.
Namun, kapan kemenangan Islam dan keruntuhan Amerika itu akan terjadi? Siapakah gerangan umat Islam yang akan meretas jalan menuju kembalinya Islam ke pentas kepemimpinan dunia tersebut. Bagaimana karakteristik generasi baru harapan Islam tersebut? Bagaimana proses terjadinya peralihan kekuasaan di panggung dunia ini? Ilmu, amal, rencana, dan langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh untuk merealisasikan segala harapan dan keyakinan tersebut?
Anda, Insya Allah, akan menemukan jawaban dari segala pertanyaan di atas dan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan lainnya dalam buku yang sangat istimewa ini. Baca dan simaklah dengan seksama, niscaya Anda akan menemukan kepuasaan dan keyakinan yang prima. Selamat menikmati.